Senin, 20 Agustus 2007

TAFSIR SURAH AL-BAQARAH AYAT 25-26

Oleh: Syaikh Al-Akbar Muhyiddin Ibn Arabi [Mursyid Thariqah Al-Ahadiyyah]
“Dan berilah kegembiraan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang beramal saleh, bahwa mereka mendapatkan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” “Sesungguhnya Allah tiada malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan ?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu banyak orang yang diberi-Nya petunjuk Allah. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”Ayat di atas menggambarkan bagaimana sebuah kesadaran ruhani hanya bisa diraih oleh orang yang beriman dan beramal saleh. Sementara Allah juga menampakkan adanya sebuah maqam, di mana ilmu-ilmu Ilahiah mengalir, yang digambarkan sebagai bengawan-bengawan surgawi. Bahwa sungai atau bengawan itu, dalam perspektif kehidupan dunia, memang merupakan pandangan yang teramat indah, di samping sungai-sungai memang memberikan aliran kehidupan yang bisa dijadikan perangkat bagi tumbuhnya tanaman-tanaman dan kemakmuran.Ketika mereka diberi limpahan rizki berupa buah maqamat (tahapan ruhani), seperti limpahan syukur, taubat, ridla, ketaqwaan, dzikir, qana’ah, zuhud, mahabbah dan ma’rifah, tiba-tiba mereka teringat betapa buah maqamat itu sesungguhnya pernah ia lihat sebelumnya ketika dalam kehidupan dunia. Namun kehidupan dunia telah berbaur dengan nafsu yang menghijabinya, menutup dengan tirainya, sampai akhirnya nuansa hati yang sebenarnya sirna.Hikmah-hikmah Ilahiah, yang hilang sepertinya ditemukan kembali dalam aliran sungai ma’rifah itu. “Al-Hikmatu Dlaallatul Mu’min.” (Hikmah adalah hilangnya barang berharganya orang yang beriman). Jadi hikmah yang hakiki itu baru didapatkan kembali ketika ia mulai mendapatkan kiriman buah-buah maqamat jiwa di dalam surga.Sementara itu istri-istri yang digambarkan sebagai bidadari yang suci. Maksudnya adalah jiwa-jiwa keindahan yang suci yang tercermin dalam sosok-sosok bidadari. Jiwa yang tidak terasuki nafsu dan syetan serta watak-watak duniawiah dan kotornya anasir-ansir duniawi lainnya.Sedangkan ayat selanjutnya, mengenai pernyataan Allah Ta’ala bahwa Diri-Nya tidak segan membuat perumpamaan dengan sebuah misal tentang nyamuk, pada hakikatnya adalah kritik yang halus betapa sesungguhnya orang-orang kafir itu lebih hina dibanding nyamuk sekali pun. Sebab sayap-sayap kafir yang diperumpamakan nyamuk itu, adalah bersayap duniawiah. Tetapi perumpamaan itu dianggap bukan sebagai kebenaran oleh orang-orang yang sesat, yang digambarkan sebagai kalangan fasik. Yakni kefasikan mereka akibat mereka sendiri telah keluar dari alam kalbu menuju alam nafsu.Kalangan fasik ini nilainya memang sedikit rendah dibanding kalangan kafir. Namun bahwa pembangkangan mereka itulah yang menyebabkan mereka terjerumus dalam kekafirannya. Kefasikannya telah membuatnya sesat, dan sesatnya berada dalam kegelapan yang mencekam, hanya karena mereka ingkar atas datangnya al-Qur'an. Maka semakin tambah jauh, semakin gelap, semakin gulita.Allah memang sering membuat perumpamaan-perumpamaan untuk lebih mudah difahami. Karena itu orang yang memang memiliki keimanan yang dalam akan senantiasa menyatakan betapa perumpamaan itu memang datang dari Allah SWT. Hanya sebuah kefasikan saja yang menghalangi seseorang untuk melihat suatu anugerah pengetahuan dan hikmah Ketuhanan.

Tidak ada komentar: