Senin, 20 Agustus 2007

TAFSIR SURAH AL-BAQARAH AYAT 1-2

Oleh: Syaikh Al-Akbar Muhyiddin Ibn Arabi [Mursyid Thariqah Al-Ahadiyyah]

" Alif Itulah Al-Kitab... ""Alif Laam Miim""Itulah Kitab (Al-Qur’an) tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orangyang bertaqwa"Tiga huruf pada “Alif” “Laam”, dan “Mim”, menunjukkan pada seluruh wujud secara universal. Sebab Alif, menunjukkan pada Dzat yang menjadi awal wujud. Sedangkan Laam, menunjukkan pada akal aktual yang disebut lain dengan Jibril, yang lebih luas wujudnya, dimana, kelak melimpah dan awal hingga akhir. Sedangkan Mim, adalah menunjukkan Muhammad yang mempakan akhir wujud yang menyempumakan lingkaran wujud itu sendiri dengan mempertemukan pada awal wujud. Karena itu beliau menegaskan, “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana hari dimana Allah mencipta langit dan bumi.”Sebagian ulama salaf mengatakan, bahwa Laam disusun dari dua Alif, yakni, diposisikansebagai “pakaian” Dzat, disertai sifat ilmu yang kedua-duanya mempakan dua alam dan tiga alam ilahi tersebut. Yaitu sebagai salah satu Nama dari Nama-namaAllah Ta’ala, sebab setiap Nama merupakan konotasi dari Dzat dengan Sifat-sifat mana pun.Sedangkan Mim mempakan isyarat pada Dzat dengan seluruh Sifat yang ada, dan menunjukkan Af’al yang tertutupi oleh Sifat dalam rupa Muhammadiyah yang merupakan Nama Allah Yang Agung, yang tidak diketahui kecuali oleh orang yang mengetahuinya.Perlu dimengerti bahwa Mim yang merupakan gambaran Dzat, bagaimana bisa tersembunyi di dalamnya? Di dalam Mim sendiri ada huruf Yaa’, dan di dalam Yaa’ ada Alif dan rahasia di dalam kedudukan huruf hijaiyah, yaitu bahwa tak akan pernah ada huruf melainkan di dalamnya ada Alifnya. Dalam konteks tersebut hampir berekatan dengan penafsiran seorang ulama yang mengatakan, “Artinya adalah bersumpah dengan Nama Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Sebab Jibril adalah manifestasi dan Sifat llmu, sehingga namanya Al-ilmu. Sedangkan Muhammad adalah manifestasi dari Hikmah sehingga namanya Al-Hakim.Dari sanalah kemudian ada yang mengatakan, bahwa di bawah setiap Nama dari Nama-nama Allah Ta’ala ada sejumlah Nama tanpa terhingga. Ilmu itu sendiri tidak akan pernah sempurna dan tidak penuh, kecuali jika disertai dengan tindakan dalam Alam Hikmah,yang merupakan Alam sebab akibat, yang kelak memunculkan hikmah. Karena itu, Islam tidak akan sempurna hanya dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah, melainkan harus disertai dengan Muhammadur Rasulullah. “Tidak ada keraguan di dalamnya, sebagaipetunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. ““Laa Raiba Fiih”, menurut hakikatnya bahwa Al-Qur’an adalah benar. Sedangkan menurut pertimbangan kata, artinya bersama kebenaran, yang merupakan keseluruhan hakiki itu sendiri. Karena Al-Qur’an menjelaskan terhadap Kitab yang dijanjikan pada para Nabi, dan didalam Kitab-kitab mereka itu, bahwa Kitab itu memang mau diturunkan, sebagaimana ucapan Nabi Isa as, “Kami bakal membawa untuk kamu sekalian dengan Kitab yang diturunkan. Sedangkan Takwilnya akan datang bersama Al-Mahdy di akhir zaman.”“Hudan lil Muttaqien”. Maksudnya sebagai petunjuk dalam dirinya, bagi orang-orang yang takut terhadap kehinaan-kehinaan dan hijab yang menghalangi untuk menerima kebenaran di dalamnya.Dari segi akibat perbuatannya, manusia itu terdiri dan tujuh kelompok, karena diantara mereka ada yang masuk kelompok orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang celaka, sebagaimana firman Allah swt: “Diantara mereka ada yang bahagia ada pula yang celaka.”Orang-orang yang celaka masuk dalam Ashabusy Syimaal. Sedangkan yang bahagia masukdalamAshabulYamm. Sedangkan As-Saabiquunal Awwaluim, sebagaimana firmanNya: “Dan kamu sekalian adalah berpasang-pasang tiga”.Sementara Ashabusy Syimaal, ada yang terlempar, yaitu mereka yang sudah terpatri oleh ketentuan binasa, yaitu pelaku kedzaliman dan kegelapan, serta terkena hijab secara menyeluruh, yang sudah disejak zaman Azali, seperti dalam firnianNya, “Seseungguhnya Kami telah menyiap-kan neraka Jahanam bagi banyak manusia dan jin.”Dalam hadits Rabbany, disebutkan, “Mereka Kujadikan untuk menghuni neraka, dan Aku tidak peduli.”Narnun diantara kelompok ini ada golongan munafik yang sebenarnya masih ada peluang menerima pencerahan cahaya menurut fitrah dan semangat hati.Orang-orang yang bertaqwa dimaksud dalam ayat tersebut adalah mereka yang secara lahir maupun batin menjalankan esensi ketaqwaannya. Dalam ayat lain misalnya disebutkan “Ittaqullah fis Sirr wal-‘Alan” (Takwalah kepada Allah dalam dzahir dan sirr batin anda).Posisi Sirr adalah kedalaman batin yang merupakan puncak dan rasa ubudiyah. Sirr itulah yang merupakan rahasia ruh, dimana posisinya di atas ruh.Ketaqwaan yang dalam itu berarti sirnanya hijab antara hamba dengan Allah, sementara sang hamba tidak mengabaikan sama sekali perintah-perintah syari’at yang merupakan ibadah atau praktek ketakwaan dzahir.

Tidak ada komentar: