Minggu, 19 Agustus 2007

TAFSIR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM [bagian 10]

Dalam Hadits Rasulullah saw bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah)”.
Dalam keseharian kita tentunya selalu melakukan kegiatan dan aktivitas, tanpa kegiatan dan aktivitas kehidupan kita akan hampa, hambar dan tidak produktif. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kantor, di jalan, di warung, di pasar, di sekolah dan ditempat-tempat lainnya. Dan –bagi orang beriman- kegiatan atau aktivitas adalah sarana menebar kebajikan, baik kata maupun perbuatan selalu memberikan kebaikan pada dirinya dan orang lain. Bukankah Rasulullah saw mengumpamakan jati diri seorang muslim seperti seekor lebah. Makanan yang dimakan adalah baik dan yang dikeluarkan pun baik, lebah hinggap atau tinggal tidak pernah merusak yang lainnya.
Namun kadangkala kebanyakan dari kita tidak sadar memulai segala aktivitas atau kegiatan tanpa mengucapkan membaca kalimat bismillah, padahal diterima atau tidak amal perbuatan seseorang bergantung pada kalimat tersebut.
Ketika bangun tidur sudahkah kita mengucapkan alhamdulillah dan memulai aktivitas hari itu dengan bismillah?
Ketika akan mandi, berpakaian, sarapan pagi sudahkah kita memulainya dengan bismillah?
Ketika akan berangkat ke kantor, keluar dari rumah, naik kendaraan sudahkah kita memulainya dengan bismillah?
Ketika di kantor, sudahkah ketika kita masuk ruangan kantor, menyalakan komputer, membuka berkas atau file, membuka rapat, menulis, membaca memulainya dengan bismillah?
Begitu banyak lagi aktivitas yang kita lakukan dalam keseharian kita, namun sudahkan kita memulainya dengan bismillah??
Kadang kita menganggap hal tersebut adalah sepele, padahal di sisi Allah merupakan kebaikan yang bernilai besar, diberkahi atau tidaknya perbuatan dan aktivitas seseorang tergantung pada saat memulainya.
Sebenarnya apa sih keistimewaan dari bismillah sehingga Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan kepada kita untuk memulai segala aktivitas, perbuatan dan kegiatan dengan membaca bismillah?
Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa “bismillah merupakan inti kandungan ajaran Islam” karena di situ ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas yang diinginkan, pangakuan akan ketidakberdayaan seseorang di hadapan Allah Taala. “La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah). Apalagi kalau bacaannya kita sempurnakan dengan kata bismillahirrahmanirrahim maka kita telah meyakini akan kebesaran Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia, kasih sayang dan rahimnya kepada seluruh makhluk-Nya.
Jika kita runut secara bahasa, maka akan kita dapatkan keagungan kalimat bismillahirrahmanirrahim. kata Bismillah misalnya merupakan tiga rangkaian kata yang mengandung arti yang agung yaitu Ba (bi), Ism, dan Allah.
1. Huruf ba yang dibaca bi di sini mengandung dua arti:Pertama: huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” menyimpan satu kata yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas dalam benak ketika mengucapkan basmalah, yaitu memulai. Sehingga bismillah berarti “saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap. Atau dapat juga diartikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah), “Mulailah dengan nama Allah!”.
Kedua: huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” itu, dikaitkan dalam benak dengan kata “kekuasaan dan pertolongan”. Pengucap basmalah seakan-akan berkata, “dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana”. Pengucapnya seharusnya sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang sama –setelah menghayati arti basmalah ini – ia memiliki kekuatan dan rasa percaya diri karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya dan bermohon bantuan Allah Yang Maha Kuasa itu.
2. Kata Ism setelah huruf bi terambil dari kata as-sumuw yang berarti tinggi dan mulia atau dari kata as-simah yang berarti yang berarti tanda. Kata ini biasa diterjemahkan dengan nama. Nama disebut ism, karena ia seharusnya dijunjung tinggi atau karena ia menjadi tanda bagi sesuatu.
Syaikh Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan dengan penyebutan nama di sini berarti dirinya memulai pekerjaan dengan nama Allah dan atas perintahnya bukan atas dorongan hawa nafsu belaka.
Penyebutan nama Allah diharapkan pekerjaan itu menjadi kekal disisi Allah. Di sini bukannya Allah yang nama-Nya disebut itu yang kita harapkan menjadi kekal karena Dia justru Maha Kekal. Namun yang kita harapkan adalah agar pekerjaan yang kita lakukan itu serta ganjarannya menjadi kekal sampai hari kemudian. Banyak pekerjaan yang dilakukan seseorang tetapi tidak mempunyai bekas apa-apa terhadap dirinya atau masyarakatnya, apalagi berbekas dan ditemui ganjarannya di hari kemudian. Demikianlah Allah mentamsilkan perbuatan orang-orang yang kafir yang tidak dibarengi dengan keikhlasan kepada Allah, “Dan Kami hadapi hasil-hasil karya mereka (yang baik-baik itu), kemudian Kami jadikan ia (bagaikan) debu yang beterbangan (sia-sia belaka). (QS 25: 23)
3. kata Allah, berakar dari kata walaha yang berarti mengherankan atau menakjubkan. Jadi Tuhan dinamai Allah karena segala perbuatan-Nya menakjubkan dan mengherankan. Karena itu terdapat petunjuk yang menyatakan, “Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berfikir tentang Dzat-Nya”.
Sementara itu sebagian ulama mengungkapkan bahwa kata Allah terambil dari kata aliha – ya’lahu yang berarti menuju dan bermohon. Tuhan dinamai Allah karena seluruh makhluk menuju serta bermohon kepada-Nya dalam memenuhi kebutuhan mereka, atau juga berarti menyembah dan mengabdi, sehingga lafazh Allah berarti “Zat yang berhak disembah dan kepada-Nya tertuju segala pengabdian”.
Syaikh Mutawalli Sya’rawi, seorang guru besar pada universitas Al-Azhar, ulama kontemporer dan pakar bahasa menyebutkan dalam tafsirnya tentang keistimewaan lafadz Allah ; “Lafadz Allah selalu ada dalam diri manusia, walaupun ia mengingkari wujud-Nya dengan ucapan atau perbuatannya. Kata ini selalu menunjuk kepada Dia yang diharapkan bantuan-Nya itu. Perhaitkanlah kata Allah. Bila huruf pertamanya dihapus, maka ia akan terbaca Lillah yang artinya “demi/karena Allah”. Bila satu huruf berikutnya dihapus, akan terbaca lahu, yang artinya untuk-Nya. Bila huruf berikutnya dihapus, maka ia akan tertulis huruf ha yang dapat dibaca hu (huwa) yang artinya Dia”.
Apabila anda berkata Allah maka akan terlintas atau seyogianya terlintas dalam benak Anda segala sifat kesempurnaan. Dia Mahakuat, mahabijaksana, Mahakaya, Maha Berkreasi, Mahaindah, Mahasuci dan sebagainya. Seseorang yang mempercayai Tuhan, pasti meyakini bahwa Tuhannya Mahasempurna dalam segala hal, serta Mahasuci dari segala kekurangan.
Sifat-sifat Tuhan yang diperkenalkan cukup banyak. Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa sifat (nama-nama) Tuhan berjumlah sembilan puluh sembilan nama (sifat).Demikian banyak sifat (nama) Tuhan, namun yang terpilih dalam basmalah hanya dua sifat, yaitu Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang keduanya terambil dari akar kata yang sama. Agaknya sifat ini dipilih, karena sifat itulah yang paling dominan. Dalam hal ini Allah dalam Al-Quran menegaskan “Rahmat-Ku mencakup segala sesuatu”. (QS 7: 156). Sebuah hadits Qudsi menyebutkan bahwa rahmat Allah mengalahkan amarah-Nya.
Kedua kata tersebut, Ar-Rahman dan Ar-Rahim, berakar dari kata Rahm yang juga telah masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, yang berarti peranakan atau kandungan. Apabila disebut kata Rahim, maka yang terlintas di dalam benak adalah ibu dan anak, dan ketika dapat terbayang betapa besar kasih sayang yang dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi, jangan disimpulkan bahwa sifat Rahmat Tuhan sepadan dengan sifat rahmat ibu.
Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah saw yang mendekatkan gambaran besarnya rahmat Tuhan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT menjadikan rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan dan diturunkan-Nya ke bumi itu satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (begitu ratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih saying, khawatir jangan sampai menginjak anaknya”. (HR. Muslim)
Dalam ungkapan lainnya disebutkan bahwa kata Rahman adalah merupakan sifat kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang diberikan di dunia, baik manusia beriman atau kafir, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta makhluk lainnya. Bukankah kita –dengan kasih sayang-Nya- telah diberikan kehidupan, diberikan kemudahan menghirup udara, kemudahan berjalan, berlari dan melakukan segala aktivitasnya, walaupun sangat sedikit dari kita mau merenungkan apalagi mensyukuri segala nikmat tersebut? Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya kepada manusia sekalipun mereka ingkar kepada-Nya.
Sementara itu kara Rahim diberikan secara khusus oleh Allah kelak nanti dialam akhirat yaitu hanya bagi mereka yang beriman dan mensyukuri segala kenikmatan yang telah dianugrahkan kepada mereka. Kasih sayang-Nya secara khusus diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang mengabdikan dirinya kepada Allah dan yakin bahwa semua kenikmatan adalah bersumber dari Allah. Bahkan yakin bahwa segala amal ibadahnya, perbuatan baiknya tidak akan menjamin akan dirinya masuk ke surga-Nya kecuali karena Rahmat-Nya.
Suatu kali Rasulullah saw berpesan kepada para sahabatnya, “Bersegeralah kalian berbuat baik dan perkuatlah hubungan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa amal kalian tidak menjamin kalian masuk surga. Sambil terheran para sahabat bertanya, “Termasuk Engkau wahai Rasulullah”? Rasulullah saw menjawab, “Betul, termasuk saya..kecuali jika Allah menganugrahkan rahmat-Nya dan karunia-Nya kepadaku”. Wallahu a’lam.

TAFSIR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM [bagian 9]

Pada surat ke-74 (Al Mudatsir) ayat : 30-31, yang artinya sbb : “Yang atasnya ada sembilanbelas. …….., dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu (angka 19) melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata: Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?”.Keajaiban angka 19 di dalam kitab AlQur’an ini pertama kali ditemukan seorang sarjana pertanian Mesir bernama Rashad Khalifa. Hasil penemuannya ini didemonstrasikan ketika diselenggarakan Pameran Islam Sedunia di London pada tahun 1976 . Berikut cuplikan dari sebagian penemuannya tersebut :
“Bismillaahirrahmaanirraahiim” (dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) sebagai pembuka setiapsurat dalam Al Qur’an ternyata terdiri dari 19 huruf (atau 19 X 1 ).
Bacaan ‘Basmalah’ terdiri dari kelompok kata : Ismi – Allah – Arrahman – Arrahim. Jumlah dari masing-masing kata tersebut dalam Quran ternyata selalu merupakan kelipatan angka 19.
Kata dalam Al Qur’an
Jumlah
Kelipatan 19
Ismi
19
19 X 1
Allah
2.698
19 X 142
Arrahman
57
19 X 3
Arrahim
114
19 X 6
Apabila faktor pengalinya dijumlahkan hasilnya juga merupakan kelipatan angka 19 , yaitu 1 + 142 + 3 + 6 = 152 (atau 19 X 8).
Jumlah total keseluruhan surat-surat dalam Quran sebanyak 114surat (atau 19 X 6 ).
Bacaan ‘Basmalah’ dalam Quran ditemukan sebanyak 114 buah (atau 19 X 6 ), dengan perincian sbb: Sebanyak 113 buah ditemukan sebagai pembuka surat-surat kecuali surat ke-9 (At Taubah), sedangkan sebuah lagi ditemukan disurat ke-27 ayat : 30.
Dari point 4 di atas, ditemukan hubungan yang menarik antara surat ke-9 dan ke-27. Surat ke-27 ternyata merupakan surat yang ke-19 jika dihitung dari surat ke-9.
============ surat ke : 9, 10, 11, 12, ………………., 25, 26, 27 ======= urutansurat ke : 1, 2, 3, 4, ………………., 17, 18, 19.
Surat ke-27 ayat : 30 tempat ditemukannya bacaan ‘Basmalah’. Jika nomorsurat (27) dan nomor ayatnya (30) dijumlahkan , yaitu 27 + 30 = 57. Hasilnya merupakan kelipatan angka 19(atau 19 X 3 ).
Dari point 6, apabila bilangan surat-surat dijumlahkan mulai darisurat ke-9 s/d ke-27, (9+10+11+12+…+24+25+26+27) maka hasilnya adalah 342 (atau 19 X 18 ).
Wahyu pertama (Surat ke-96 ayat : 1-5 ) terdiri dari 19 kata (atau 19 X 1 ) dan 76 huruf (atau 19 X 4 )
Wahyu kedua (Surat ke-68 ayat : 1-9 ) terdiri dari 38 kata (atau 19 X 2 ).
Wahyu ketiga (Surat ke-73 ayat : 1-10 ) terdiri dari 57 kata (atau 19 X 3 ).
Wahyu terakhir (Surat ke-110 ) terdiri dari 19 kata (atau 19 X 1 ), dan ayat pertama dari Surat ke-110 tersebut terdiri dari 19 huruf (19X1).
Wahyu yang pertamakali menyatakan ke-Esaan Allah adalah wahyu ke-19 (Surat ke-112, Al Ikhlas)
Surat ke-96 tempat terdapatnya wahyu pertama, terdiri dari 19 ayat (atau 19 X 1 ) dan 304 huruf (atau 19 X 16 ). Selain itu juga ternyata surat ke-96 tersebut merupakan surat yang ke-19 bila diurut/ dihitung mundur dari belakang Quran.
=========== surat ke : 114, 113, 112, 111, ………………., 98, 97, 96 ======= urutan surat ke : 1, 2, 3, 4, ………………., 17, 18, 19.
Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa Quran tersusun dengan perhitungan sistim kunci (interlocking system), sesuai maksud dari surat ke-85 ayat : 20, yang artinya : “Allah telah mengepung/ mengunci mereka dari belakang”.
Dari point 13, apabila bilangan surat-surat dijumlahkan mulai darisurat ke-114 s/d ke-96, (114+113+112+111+…+98+97+96) maka hasilnya adalah 1995 (atau 19 X 105 ).
Bagian tengah-tengah Quran jatuh padaSurat ke-18 (Al Kahfi) ayat : 19 (atau 19 X 1 ).
Penulis juga menemukan bukti bahwa surat-surat yang memiliki 8 (delapan) ayat dan 11 (sebelas) ayat ditemukan yang paling banyak dalam Quran, yakni masing-masing terdiri dari 5 (lima) buahsurat. Disusul kemudian surat-surat yang memiliki 3 (tiga), 19 (sembilan belas), 29 (dua puluh sembilan), 30 (tiga puluh), dan 52 (lima puluh dua) ayat, yang masing-masing terdiri dari 3 (tiga) buahsurat. Apabila dijumlahkan ayat-ayat tersebut sesuai dengan kelompoknya maka hasilnya merupakan kelipatan angka 19, yaitu sbb :
= surat ke: 94, 95, 98, 99, 102 masing-masing terdiri dari: 8 ayat= surat ke: 62, 63, 93, 100, 101 masing-masing terdiri dari: 11 ayatApabila jumlah ayat-ayatnya dijumlahkan : 8+11=19, (atau 19 X 1 )
== surat ke : 103, 108, 110 masing-masing terdiri dari: 3 ayat== surat ke : 82, 87, 96 masing-masing terdiri dari: 19 ayat== surat ke : 48, 57, 81 masing-masing terdiri dari: 29 ayat== surat ke : 32, 67, 89 masing-masing terdiri dari: 30 ayat== surat ke : 14, 68, 69 masing-masing terdiri dari: 52 ayatApabila jumlah ayat-ayatnya dijumlahkan : 3+19+29+30+52=133, (atau 19X7).
Quran merupakan satu-satunya kitab suci di dunia ini yang memiliki tanda-tanda khusus (initials) berupa huruf-huruf (code letters) atau sebagaimana disebut dalam bahasa Arab “Muqatta-‘aat” yang artinya “kata singkatan”. Di dalam Quran terdapat sebanyak 29 (dua puluh sembilan) surat-surat yang diawali dengan 14 (empat belas) macam kombinasi dari 14 (empat belas) huruf-huruf “Muqatta-‘aat”. 14 huruf-huruf itu adalah : alif, lam, mim, ra’, kaf, ha’, yaa’, ain, shad, tha’, shin, qaf, nun, dan kha’.
14 macam kombinasi huruf adalah : 1. Alif, lam, mim 2. Kha, mim 3. Alif, lam, ro’ 4. Alif, lam, mim, ro’ 5. Tho’, sin 6. Tho’, sin, mim 7. Ya’, sin 8. Nun 9. Kaf, kha’, ya’, ain, shod 10. Alif, lam, mim, shod 11. Shod 12. Qof 13. Ain, sin, qof 14. Tho’, ha’
Ke - 29 surat-surat itu adalah : surat ke : 2, 3, 7, 10 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 50, dan 68. Jika bilangan dari banyaknya huruf (14), banyaknya kombinasi (14), dan jumlahsurat (29), maka hasilnya: 14 + 14 + 29 = 57. (atau 19 X 3 ).
Surat ke-68 diawali huruf ‘Nun’. Setelah diteliti jumlah huruf ‘Nun’ yang terdapat padasurat tersebut merupakan kelipatan 19.
Surat ke
Jumlah kata‘Nun’
kelipatan 19
68
133
19 X 7
Surat ke-42 dansurat ke-50 diawali huruf ‘Qof’. Setelah diteliti huruf ‘Qof’ yang terdapat pada keduasurat tersebut sebanyak 114 huruf (atau 19 X 6 ). Ada yang berpendapat bahwa huruf ‘Qof’ ini singkatan dari kata ‘Quran’ karena Quran terdiri dari 114 surat.
Surat ke
Jumlah kata ‘Qof’
kelipatan 19
42
57
19 X 3
50
57
19 X 3
Jumlah
114
19 X 6
Surat ke-42 diawali huruf ‘Ain’, ’Sin’, dan ‘Qof’. Setelah diteliti jumlah total ketiga huruf tersebut padasurat ke-42 merupakan kelipatan 19.
Surat ke
‘Ain’
‘Sin’
‘Qof’
Total
kelipatan 19
42
98
54
57
209
19 X 11
Surat ke-36 (Yasin) diawali huruf ‘Ya’, dan ‘Sin’. Setelah diteliti jumlah total kedua huruf tersebut padasurat ke-36 merupakan kelipatan 19.
Surat ke
‘Ya’
‘Sin’
Total
kelipatan 19
36
237
48
285
19 X 15
Surat ke-13 diawali huruf ‘Alif’, ‘Lam’, ‘Mim’, dan ‘Ro’. Jumlah total huruf-huruf tersebut padasurat ke-13 merupakan kelipatan 19.
Surat ke
Alif’
Lam
Mim
Ro
total
kelipatan 19
13
605
480
260
137
1482
19 X 78
Surat ke-7 diawali huruf ‘Alif’, ‘Lam’, ‘Mim’, dan ‘Shod’. Jumlah total huruf-huruf tersebut padasurat ke-7 merupakan kelipatan 19.
Surat ke
Alif’
Lam
Mim
Shod
total
kelipatan 19
7
2529
1530
1164
97
5320
19 X 280
Surat ke-19 diawali huruf ‘Kaf’, ‘Kha’, ‘Ya’, Ain, dan ‘Shod’. Jumlah total huruf-huruf tersebut padasurat ke-19 merupakan kelipatan 19.
Surat ke
Kaf
Kha
Ya
Ain
Shod
total
kelipatan 19
19
137
175
343
117
26
798
19 X 42
Surat ke-7, 19, dan 38 diawali huruf ‘Shod’. Total jumlah huruf ‘Shod’ dalam ketigasurat tersebut ternyata merupakan kelipatan 19.
Surat ke
Jumlah kata Shod
kelipatan 19
7
97
-
19
26
-
38
29
-
Jumlah total
152
19 X 8
Ada hal yang menarik, yakni padasurat ke-7 ayat 69 ditemukan kata ‘basthatan’ (jika dieja terdiri dari huruf ba’, shod, tho’, ta’). Padahal lazimnya kata tersebut haruslah dieja dengan huruf ba’, sin, tho’, ta’ (contohnya padasurat ke-2 ayat 247). Menurut riwayat, pada saat turunnya ayat 69 tersebut Jibril menyuruh Nabi Muhammad menuliskan kata ‘basthatan’ dengan huruf shod, namun unsur huruf ‘shod’ itu tetap harus dibaca sebagai huruf ‘sin’, dan hal ini ditandai dengan huruf sin tersebut ditempatkan sebagai huruf kecil di atas huruf ‘shod’. Tampak sekali bahwa Allah memberi tambahan huruf ‘shod’ agar jumlahnya dalam Quran menjadi berkelipatan 19, sebab jika tidak maka jumlahnya berkurang menjadi 151.
Surat ke-40 s/d ke-46 diawali huruf ‘Kha’ dan Mim. Setelah diteliti jumlah total kedua huruf tersebut pada surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.
Surat ke
Kha
Mim
Jumlah
kelipatan 19
40
64
380
-
-
41
48
276
-
-
42
53
300
-
-
43
44
324
-
-
44
16
150
-
-
45
31
200
-
-
46
36
225
-
-
Jumlah
292
1855
2147
19 X 113
Surat ke-10, 11, 12, 14, dan 15 diawali huruf ‘Alif’, ‘Lam’, dan ‘Ro’. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.
Surat ke
Alif
Lam
Ro
total
kelipatan 19
10
1319
913
257
2489
19 X 131
11
1370
794
325
2489
19 X 131
12
1306
812
257
2375
19 X 125
14
585
452
160
1197
19 X 63
15
493
323
96
912
19 X 48
Surat ke-2, 3, 29, 30, 31, dan 32 diawali huruf ‘Alif’, ‘Lam’, dan ‘Mim’. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.
Surat ke
Alif
Lam
Min
total
kelipatan 19
2
4502
3202
2195
9899
19 X 521
3
2521
1892
1249
5662
19 X 298
29
774
554
344
1672
19 X 88
30
544
393
317
1254
19 X 66
31
347
297
173
817
19 X 43
32
257
155
158
570
19 X 30
Surat ke-19 diawali huruf kaf, ha’, ya’, ain, dan shod.
Surat ke-20 diawali huruf tho’ dan ha’.
Surat ke-26 diawali huruf tho’, sin, dan mim.Surat ke-27 diawali huruf tho’ dan sin
Surat ke-28 diawali huruf tho’, sin, dan mim. Perhatikanlah hubungan berikut ini :
Surat ke
Awal-an
tho
ha
sin
mim
Jumlah (kelipatan 19)
19
kaf,ha,ya,’ain,shod
x
175
x
x

20
tho, ha
28
251
x
x

26
tho, sin, mim
33
x
94
484

27
tho, sin
27
x
94
x

28
tho, sin , mim
19
x
102
460


Jumlah
107
426
290
944
1767 (19X93)
Lebih jauh tentang keistimewaan Angka 19 :
Keistimewaan angka 19 dalam ilmu matematik dikenal sebagai salah satu ‘Bilangan Prima’ yakni bilangan yang tak habis dibagi dengan bilangan manapun kecuali dengan dirinya sendiri. Keistimewaan tersebut melambangkan bahwa sifat-Nya yang serba MAHA tidak dibagikan kepada siapapun juga kecuali bagi diri-Nya sendiri (Surat ke-112 ayat 3).
Angka 19 terdiri dari angka 1 dan 9, dimana angka 1 merupakan bilangan pokok pertama dan angka 9 merupakan bilangan pokok terakhir dalam sistem perhitungan kita. Keistimewaan tersebut menunjukkan sifat Allah yakni ‘Maha Awal dan Maha Akhir’ (Surat ke-57 ayat : 3).
Angka 1 melambangkan sifat-Nya yang ‘Maha Esa’ (surat ke-112 ayat 1), sedangkan angka 9 sebagai bilangan pokok terbesar melambangkan salah satu sifatnya yang ke-38 yaitu ‘Maha Besar’.
Dalam Kalender Tahun Komariyah (Sistem Peredaran Bulan), terjadinya Tahun Kabisat terjadi pada setiap 19 tahun sekali.
Kerangka manusia yaitu : - tulang leher ada 7 ruas, tulang punggung ada 12 ruas, jadi jumlahnya 19 ruas. (Referensi: “Atlas Anatomi”, Prof. Dr. Chr. P. Raven).
Jumlah jari jemari anda mengandung keajaiban angka 19 ? (catatan: dengan mengabaikan ruas-ruas tulang pergelangan). Silakan anda hitung sendiri maka akan anda dapati sbb:
jari kelingking ==> ada empat ruas jari manis ==> ada empat ruas jari tengah ==> ada empat ruas jari telunjuk ==> ada empat ruas jari jempol (ibu jari) ==> ada tiga ruas ———————– + ( 4 + 4 + 4 + 4 + 3 ) Total jumlah = 19 ruas
Wallahu a’lam bissawab.
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Quran dan Kami pulalah yang tetap menjaganya.” (15 ayat 9)“Yang tidak datang kepadanya (Quran) kesalahan/kekeliruan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (41 ayat 42)“Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar firman-Nya yang membedakan antara yang benar dengan yang salah.” (86 ayat 13 )“Dan bacakanlah apa yang diwahtukan kepadamu yaitu Kitab Tuhanmu (Quran). Tidak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya.” (18 ayat 27)

TAFSIR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM [bagian 8]

TAFSIR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DALAM PERSPEKTIF LEADERSHIP

Allah berfirman : Sesungguhnya hari pembalasan, ialah masa untuk mereka semua berhimpun. Ia adalah suatu hari dimana seseorang kerabat atau sahabat karib tidak dapat memberikan sebarang perlindungan kepada kerabat atau sahabat karibnya, dan mereka pula tidak akan diberikan pertolongan (untuk menghapuskan azab itu), kecuali apabila mereka termasuk orang yang telah diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah jualah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengasihani.
Rahmat-Mu Ya Allah!Kita lihat samudera di dunia ini, begitu dalam dan luasnya, tetapi rahmat Allah jauh lebih luas dan dalam. Ia adalah samudera yang tidak berdasar dan bertepi, tiada awal dan penghujungnya. Sesungguhnya rahmat Ilahi yang kita teguk di muka bumi ini, baru umpama setitik air yang menetes dari tangan yang kita celupkan ke dalam samudera luas. Abu Hurairah meriwayatkan hadis Rasulullah SAW. yang bersabda :إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ أَنْزَلَ مِنْهَا رَحْمَةً وَاحِدَةً بَيْنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالْبَهَائِمِ وَالْهَوَامِّ فَبِهَا يَتَعَاطَفُونَ وَبِهَا يَتَرَاحَمُونَ وَبِهَا تَعْطِفُ الْوَحْشُ عَلَى وَلَدِهَا وَأَخَّرَ اللَّهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِMaksudnya :Sesungguhnya Allah mempunyai seratus rahmat. Dia turunkan satu daripada rahmat itu kepada bangsa jin, manusia, haiwan dan binatang melata. Maka dengan rahmat-Nya yang satu itu mereka boleh bermesra-mesra. Dengan yang satu itu juga mereka boleh berkasih sayang. Dan dengan yang satu itu juga binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah telah menunda sembilan puluh sembilan lagi rahmatnya untuk Ia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.HR. Muslim
Jadi, rahmat yang kita perolehi ini hanya sebagahagian kecil sekali daripada satu peratus yang telah diturunkan Allah ke muka bumi ini. Kerana bukan kita sahaja yang menikmatinya, tetapi makhluk lain selain daripada kita turut menikmati.
Maka perhatikan lukisan indah rahmat Allah di muka bumi ini. Lukisan rahmat Allah itu ada pada diri kita, pada orang-orang yang di sekitar kita, pada haiwan dan binatang, bahkan pada semua makhluk. Mereka saling mencintai, mereka saling akur dan bekerja sama. Alangkah indah lukisan rahmat Allah ini.Rahmat Allah tiada hadnya. Walaupun Allah hanya menurunkan satu daripada seratus rahmat-Nya, sesungguhnya yang satu itu pun amat banyak. Adalah salah besar, jika kita menganalogikan atau membanding-bandingkan rahmat Allah dengan rahmat makhluk, atau mana-mana makhluk. Rahmat manusia dan makhluk terpenjara dalam batas-batas tertentu sesuai dengan kekuatan dan kemampuan mereka. Rahmat manusia hanya laksana sebuah cawan, jika ia sudah penuh, ia tidak mahu lagi menerima tambahan. Rahmat manusia cepat habis. Sementara rahmat Allah tidak habis-habis. Maka Maha Tingginya Allah dan Maha Agungnya Dia.Rahmat Allah SWT. juga meliputi segala sesuatu, yang kelihatan bagi kita dan yang ghaib daripada kita, sehingga bumi tempat kita bertapak ini dan alam semesta tempat kehidupan semua makhluk merupakan jelmaan rahmat Allah SWT. Dunia ini merupakan meja besar tempat dimana dihidangkan segala rahmat-Nya. Allah SWT. berfirman dalam Surah al-A`raf ayat 156.Maksudnya :"Dan Tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan juga di akhirat, Sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepadamu". Allah berfirman: "Azab-Ku akan Aku timpakan kepada sesiapa yang Aku kehendaki, dan rahmat-Ku meliputi tiap-tiap sesuatu; maka Aku akan menentukannya bagi orang-orang yang bertakwa, dan yang memberi zakat, serta orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami.”Tiada hari tanpa rahmat AllahTiada hari yang kita lalui semenjak kita menampakkan muka di bumi yang indah menawan ini tanpa menikmati rahmat Allah SWT. Sebelum itu lagi, ketika kita masih berada dalam rahim ibunda kita, Ketika kita masih dalam tulang sulbi ibu bapa kita, kita juga menerima rahmat-Nya.Tahukah kita semua, sesungguhnya kerana rahmat Allah yang begitu besar yang kita peroleh ketika kita berada dalam rahim ibunda kita, maka rahim ibunda kita itu dinamakan dengan rahim yang berasal daripada akar perkataan rahmat. Dengan kata lain, keberadaan rahim merupakan salah satu bentuk rahmat Allah SWT. yang besar kepada umat manusia. Dengan adanya rahim ini, terikatlah hubungan kasih sayang antara seorang anak dengan ibunya.Berkaitan dengan itu, Allah pernah menyatakan dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Ibrahim bin Abdullah bin Qariz. Pada hadis itu, Ibrahim bin Abdullah bin al-Qariz menceritakan bahawa ayahnya telah pergi melawat Abdur Rahman bin Awf yang tengah sakit. Apabila ia masuk dan bertemu Abdul Rahman, Abdul Rahman berkata kepadanya :قَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَصَلَتْكَ رَحِمٌ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا الرَّحْمَنُ خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا مِنْ اسْمِي فَمَنْ يَصِلْهَا أَصِلْهُ وَمَنْ يَقْطَعْهَا أَقْطَعْهُ فَأَبُتَّهُ أَوْ قَالَ مَنْ يَبُتَّهَا أَبُتَّهُMaksudnya :Kasih sayang telah mengikatmu, sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda melalui hadis qudsi : “Aku adalah al-Rahman (Yang Maha Pemurah). Aku telah menciptakan rahim, Kuambil untuknya nama yang berakar daripada nama-Ku. Sesiapa yang menyambungnya (silaturahim itu), nescaya aku akan menyambung (rahmat-Ku) untuknya. Sesiapa yang memutuskannya, nescaya aku akan memutuskan rahmat-Ku daripadanya.HR. Ahmad, Abu DaudMaka pada setiap saat, minit, jam dan hari, bermula dari bangun tidur sehingga kita kembali tidur; kita duduk, berdiri, berjalan, berlari, berehat dan semua aktiviti kita, kita tidak luput dari limpahan rahmat Allah SWT. Kita boleh bangun dari tidur adalah kerana rahmat Allah SWT. Sesungguhnya oleh kerana keupayaan untuk bangun itu termasuk rahmat Allah SWT. kita disuruh Rasulullah SAW. bersyukur dan berterima kasih kepada Allah dengan memujinya dan membaca doa. Ini sebagaimana yang telah beliau terapkan sendiri dalam kehidupannya. Huzaifah telah meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW. telah bersabda :كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُMaksudnya :Nabi SAW. apabila hendak tidur, akan mengatakan : “Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan aku hidup.” Dan apabila ia bangun dari tidurnya, ia akan mengatakan “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami selepas mematikan kami, dan kepada-Nya (kami akan) kembali.”HR. Al-BukhariSesungguhnya penciptaan dan kehadiran kita di muka bumi ini merupakan salah satu rahmat yang paling besar ke atas kita. Allah ciptakan kita yang sebelumnya tidak ada. Dia bagi kita peluang untuk menghirup udara dunia ini.Makna Rahmat Allah Perkataan rahmat berasal dari akar kata : rahima. Menurut pakar bahasa Arab, Ibn Faris : Semua perkataan yang terdiri daripada huruf ra-ha-mim mengandung makna “lemah lembut, kasih sayang dan kehalusan.” Dari akar ra-hi-ma ini muncul dua sifat yang sangat dominan pada diri Allah, iaitu sifat al-Rahman dan al-Rahim. Dua sifat ini di antara nama dan sifat Allah yang paling banyak disebutkan dalam al-Quran. Masing-masing diulang sebanyak lebih kurang 800 kali. Dan sifat ini jugalah yang menghiasi permulaan al-Quran dan setiap awal surahnya kecuali surah al-Taubah.Kedua-duanya walaupun berdekatan maknanya, tetapi mempunyai maksud dan tujuan yang berbeza. Al-Rahman bermaksud bahawa Allah memberi rahmat dengan tidak memandang bulu, dengan tidak memandang baik dan buruknya seseorang yang diberi itu. Rahmat yang diberi tanpa pandang bulu ini hanyalah rahmat-rahmat kecil yang terbatas waktu ketika seseorang itu berada di dunia. Manakala al-Rahim memberi maksud Allah memberi rahmat-Nya hanya kepada orang-orang tertentu yang Ia kasihi dan sayangi, iaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa serta orang-orang soleh. Rahmat yang mereka peroleh ini tidak terbatas waktunya; di dunia dan di akhirat. Rahmat ini mereka rasakan manfaatnya selama-lamanya ; ia kekal dan abadi.Hiasilah Bibirmu dengan al-Rahman dan al-Rahim.Sifat ini jugalah yang seharusnya sentiasa menghiasi bibir dan lidah setiap mukmin setiap kali ia mahu melakukan sesuatu. Sifat ini dicantumkan dalam satu ungkapan yang indah, iaitu firman Allah SWT.Surah al-Fatihah ayat 1.Maksudnya :“Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.”Menurut pakar tafsir yang terkenal, Imam al-Tabari : ungkapan al-Basmalah tidak didahului oleh fi’il (kata kerja) sebagaimana biasanya berlaku pada ayat bahasa Arab yang sempurna, itu bertujuan untuk memberi ruang kepada kita untuk meletakkan apa pun perbuatan hendak kita lakukan sebelumnya. Oleh itu, apabila hendak makan, maka dengan hanya membaca al-Basmalah, seolah-olah kita telah mengatakan “Aku makan dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Lalu jika kita hendak membaca, maka dengan membaca al-Basmallah, seolah-olah kita telah merangkai ayat “Aku membaca dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Dan seterusnya.Rasulullah telah mengingatkan kita supaya kita membaca al-basmallah atau nama Allah pada apa pun perbuatan atau amalan yang kita buat. Abu Hurairah telah meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW. telah bersabda :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ كَلَامٍ أَوْ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُفْتَحُ بِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَهُوَ أَبْتَرُ أَوْ قَالَ أَقْطَعُMaksudnya :“Setiap perkataan atau perkara yang berfaedah, tetapi tidak dibuka dengan menyebut nama Allah Azza Wa Jalla, maka ia (perkataan atau perkara itu) akan tergantung, atau – sabda nabi juga – Ia terputus.”HR. Ahmad.Yang dimaksud dengan “tergantung atau terputus” pada hadis di atas ialah perkataan atau amalan yang kita lakukan itu tidak mendatangkan pahala dan tidak diterima Allah SWT. Maka alangkah sedihnya kita, apabila kita telah penat-penat melakukan suatu amalan atau kebaikan, tetapi ternyata Allah tidak menerimanya dan memberinya pahala. Penat sahaja yang kita dapat. Dan alangkah ruginya kita.Oleh itu, mari kita mulai setiap perbuatan kita dengan menyebut nama Allah ; al-Rahman atau al-Rahim, sehingga kita dapat merasakan kehadiran-Nya, pemurah dan kasih sayang-Nya.Al-Rahman dan Rahim sebagai Vitamin JiwaCubalah kita merenung sejenak tentang diri kita sendiri. Soallah hati nurani kita, apa yang telah kita terima tadi malam ?. Kita tidur dengan lena dan bermimpi indah. Rumah kita aman tanpa ada kecurian. Isteri dan anak-anak kita ceria dan semuanya berjalan dengan baik. Pernah kita merasa bahawa semua itu adalah kerana rahmat atau kasih sayang dan pemurahnya Allah SWT.
Cubalah sebelum kita berangkat ke tempat kerja kita, kita memberi makan jiwa kita terlebih dahulu, membina batin kita, hati dan fikiran kita, serta wawasan kita. Sudahkah kita memberinya makanan rahmat, rasa pemurah dan kasih sayang ? Sekiranya sudah, berangkatlah dengan penuh rasa pemurah dan kasih sayang. Kalau belum, cubalah pejamkan mata kita, tarik nafas dalam-dalam, dan hembuskanlah perasaan benci dan permusuhan dari dalam diri kita. Lakukanlah beberapa kali. Lalu semailah sebagai gantinya benih-benih cinta, kasih sayang dan rasa pemurah.
Abdullah bin Umar meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW. telah bersabda :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:"الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ اللَّهُ، ارْحَمْ مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكَ مَنْ فِي السَّمَاءِMaksudnya :“Orang-orang yang mempunyai sifat rahmat (pemurah dan kasih sayang) akan disayangi oleh Allah. Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, nescaya kamu akan disayangi oleh orang-orang yang berada di langit.”HR. Al-Tabrani dalam Mu’jam al-Kabir.Hadis di atas memberi inspirasi kepada kita menebarkan sifat rahmat itu ; kasih dan sayang kepada sekalian makhluk yang ada di muka bumi ini, tanpa memandang jenis ; sama ada ia manusia, haiwan ataupun tumbuhan. Dan sekiranya makhluk itu manusia, maka tebarkanlah sifat rahmat dan kasih sayang itu kepada sekalian manusia tanpa mengira warna kulit, bangsa, pangkat dan jabatan. Allah berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 13.Maksudnya :“Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu Dengan Yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang Yang lebih takwanya di antara kamu, (bukan Yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha mendalam pengetahuannya (akan keadaan dan amalan kamu).”Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi mengatakan, “Nabi Muhammad SAW. menghormati manusia sesuai dengan derajatnya di sisi Allah. Mungkin ada seorang yang taat masuk menemuinya, tetapi beliau mengabaikannya. Sebaliknya, mungkin ada seorang yang pernah bergulimang dengan maksiat, tetapi Rasulullah justeru menghormatinya. Sebab orang yang taat tadi, datang dengan menyombongkan ilmunya dan menganggap dirinya telah baik. Manakala, seorang yang berbuat maksiat tadi, datang dengan menyesali kemaksiatannya, merasa rendah diri dan berusaha menghindarinya.Bagi Mereka yang TerlanjurOleh itu, bagi yang telah terlanjur berbuat dosa dan maksiat, janganlah berputus asa. Sesungguhnya rahmat Allah yang meliputi segala sesuatu, sentiasa menanti taubatnya. Allah SWT. berfirman dalam surah al-Zumar ayat 53.Maksudnya :“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Wahai hamba-hambaKu Yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana Sesungguhnya Allah mengampunkan Segala dosa; Sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah pernah memberi harapan kepada hamba-hambanya telah terbabas ini. Anas bin Malik telah menceritakan dengan berkata : Aku telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda :قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةًMaksudnya :Allah Tabaraka wa Ta`ala telah berfirman : Wahai anak Adam, sekiranya engkau berdoa kepada-Ku dan mengharap kepada-Ku, nescaya aku ampunkan apa yang telah kamu lakukan, Aku tidak peduli – wahai anak Adam – walaupun dosa kamu itu mencapai puncak langit, lalu kamu meminta ampun kepada-Ku, nescaya aku akan mengampunkannya. Aku (juga) tidak peduli – wahai anak Adam – kalau kamu datang kepada-Ku dan kesalahanmu seberat bumi, lalu engkau datang kepada-Ku – sedangkan kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu, nescaya aku akan memberikan keampunan kepadamu.”HR. Al-Tirmizi.Dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahawa Abu Zarr mendengar Nabi bersabda :قَالَ مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَMaksudnya :“Tiada seorang hamba yang mengatakan : Tiada Tuhan melainkan Allah, kemudian ia mati, melainkan ia akan masuk syurga.”HR. Al-Bukhari dan MuslimMendengar hadis tersebut, Abu Zarr bertanya : “Walaupun ia telah berzina dan mencuri ?. Rasulullah menjawab, “Ya, walaupun ia telah berzina dan mencuri.” Abu Zarr seperti tidak percaya dengan apa yang diungkapkan Rasulullas SAW. itu sehingga ia menyoal Rasulullah dengan soalan yang sama sampai tiga kali. Dan Rasulullah SAW. pun menjawabnya dengan jawapan yang sama.Itulah rahmat Allah SWT.Tetapi ini tidak bermakna bahawa Allah menganggap remeh dosa-dosa besar. Sesungguhnya hadis itu menjelaskan bahawa pintu taubat sentiasa terbuka untuk orang-orang yang telah melakukan dosa. Sesungguhnya rahmat Allah, tidak dapat dikalahkan apa pun juga.Pada kali lain, Abu Hurairah meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW. telah bersabda :لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِيMaksudnya :Ketika Allah memutuskan untuk menciptakan makhluk, Allah menulis dekatnya di atas Arasy-Nya : “Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku.”HR. Al-Bukhari, Ahmad.Berdoalah Memohon Rahmat Allah Sesungguhnya Allah telah mengajak kita untuk berdoa dengan menggunakan nama-Nya, al-Rahman atau nama-nama-Nya yang lain. Firman Allah dalam al-Quran dalam surah al-Isra’ ayat 110.Maksudnya :“Katakanlah (Wahai Muhammad): "Serulah nama " Allah" atau nama "Ar-Rahman", Yang mana sahaja kamu serukan (dari kedua-dua nama itu adalah baik belaka); kerana Allah mempunyai banyak nama-nama Yang baik serta mulia". dan janganlah Engkau nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah Engkau perlahankannya, dan gunakanlah sahaja satu cara Yang sederhana antara itu.”Awn bin Abdullah pernah bertemu dengan Wathilah bin al-Asqa’, lalu meminta menyampaikan kepadanya apa yang telah ia dengar daripada Rasulullah. Wathilah menyampaikan sebuah hadis yang pernah ia dengar daripada Rasulullah. Beliau berkata :سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ:اللَّهُمَّ ارْحَمْنَا، وَاغْفِرْ لَنَا، وَنَهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ إِلَى الْقُبُورِ، أَوْ نَجْلِسَ عَلَيْهَا.Maksudnya :Aku telah mendengar Rasulullah berkata : “Ya Allah, kasihanilah kami !. Ampunkanlah kami. Dan Rasulullah melarang kami solat menghadap kubur atau duduk di atasnya.”HR. Al-Tabrani dalam al-Mu`jam al-Kabir.Itulah Rasulullah SAW. Walaupun sudah pasti dikasihani dan disayangi Allah ta`ala, tetapi beliau masih memohon rahmat daripada-Nya. Oleh itu, mari kita mencontohinya dan memohon rahmat dan kasih sayang Allah yang maha agung itu.Bahkan sebelum baginda, nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain juga memohon rahmat Allah SWT. Nabi Musa AS. umpamanya, berdoa kepada Allah memohon rahmat-Nya. Allah SWT. berfirman dalam surah al-A`raf ayat 151.Maksudnya : “Nabi Musa berdoa dengan berkata: "Wahai Tuhanku, ampunkanlah bagiku dan bagi saudaraku, dan masukkanlah kami ke dalam rahmat-Mu, kerana Engkaulah yang paling Maha Mengasihani di antara pengasih-pengasih lain".Ya Rabb... Sesungguhnya rahmat-Mu meliputi segala sesuatu, limpahkanlah kepadaku rahmat-Mu itu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi rahmat...

METODOLOGI PENAFSIRAN AL-QUR'AN MENURUT THARIQAH AL-AHADIYYAH

Oleh: KH.Shohibul Faroji Al-Robbani [Mursyid Thariqah Al-Ahadiyyah]

Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- dalam muqadimah kitab tafsirnya menyatakan tentang kaidah menafsirkan Al-Qur’an. Beliau -rahimahullah- menyampaikan bahwa cara menafsirkan Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

  1. Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Metodologi ini merupakan yang paling shalih (valid) dalam menafsirkan Al-Qur’an.
  2. Menafsirkan Al-Qur’an dengan As-Sunnah. Kata beliau -rahmahullah-, bahwa As-Sunnah merupakan pensyarah dan yang menjelaskan tentang menjelaskan tentang Al-Qur’an. Untuk hal ini beliau -rahimahullah- mengutip pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i -rahimahullah- : “Setiap yang dihukumi Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, maka pemahamannya berasal dari Al-Qur’an. Allah -Subhanahu wata’ala- berfirman:
    “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) membela orang-orang yang khianat.” (An-Nisaa’:105) .
  3. Menafsirkan Al-Qur’an dengan pernyataan para shahabat. Menurut Ibnu Katsir -rahimahullah- : “Apabila tidak diperoleh tafsir dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, kami merujuk kepada pernyataan para shahabat, karena mereka adalah orang-orang yang lebih mengetahui sekaligus sebagai saksi dari berbagai fenomena dan situasi yang terjadi, yang secara khusus mereka menyaksikannya. Merekapun adalah orang-orang yang memiliki pemahaman yang sempurna, strata keilmuan yang shahih (valid), perbuatan atau amal yang shaleh tidak membedakan diantara mereka, apakah mereka termasuk kalangan ulama dan tokoh, seperti khalifah Ar-Rasyidin yang empat atau para Imam yang memberi petunjuk, seperti Abdullah bin Mas’ud -radliyallahu anhu-.
  4. Menafsirkan Al-Qur’an dengan pemahaman yang dimiliki oleh para Tabi’in (murid-murid para shahabat). Apabila tidak diperoleh tafsir dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah atau pernyataan shahabat, maka banyak dari kalangan imam merujuk pernyataan-pernyataan para tabi’in, seperti Mujahid, Said bin Jubeir. Sufyan At-Tsauri berkata : “Jika tafsir itu datang dari Mujahid, maka jadikanlah sebagai pegangan”.
  5. Menafsirkan Al-Qur'an secara ma'rifatullah, yaitu menafsirkan secara tauhid melalui liqa' Allah [Face To Face With Allah], penyingkapan ruhani [syuhud 'irfani], tajalli, fana' baqa'. Penafsiran ini adalah pembelajaran langsung dari Allah kepada hambanya yang terpilih, setelah ia berhasil menaklukkan ego dirinya [mujahadah nafsiyyah].

    Ibnu Katsir -rahimahullah- pun mengemukakan pula, bahwa menafsirkan Al-Qur’an tanpa didasari sebagaimana yang berasal dari Rasulullah -shallallahu’alaihi wasallam- atau para Salafush Shaleh (para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) adalah haram. Telah disebutkan riwayat dari Ibnu Abbas -radliyallahu ‘anhuma- dari Nabi -shallallahu’alaihi wasallam-:
    “Barangsiapa yang berbicara (menafsirkan) tentang Al-Qur’an dengan pemikirannya tentang apa yang dia tidak memiliki pengetahuan, maka bersiaplah menyediakan tempat duduknya di Neraka.” (Dikeluarkan oleh At Tirmidzi, An Nasa’i dan Abu Daud, At Tirmidzi mengatakan : hadist hasan).

TAFSIR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM [bagian 7]

Tafsir BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM dalam perspektif matematika sufistik 2


“Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”
(Q.S. Ar-Ra’du 13 : 8)

Ayat-ayat Allah ada yang tertulis dalam kitab suci Al Quran dan ada pula yang tidak tertulis di dalamnya, yaitu yang terbentang di seluruh jagat raya. Ayat 8 dari surat ke-13 di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan kadar ukuran yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, tidak ada ayat Allah, baik yang tertulis maupun yang terbentang itu ada atau terjadi begitu saja, tanpa disengaja. Semuanya sudah direncanakan, diperhitungkan, dan diatur oleh-Nya, bukan merupakan sesuatu yang kebetulan.

Apabila disengaja, tentu ada maksud dan tujuannya. Maksud dan tujuan Allah membuat itu semua ada yang bisa langsung dipahami oleh manusia namun ada juga yang memerlukan penafsiran. Saat manusia melakukan penafsiran, bisa jadi makna sebenarnya dari ayat-ayat Allah itu tersingkap, tetapi mungkin juga penafsiran itu tidak atau belum mencapai makna sebenarnya. Namun yang pasti, manusia memang diperintahkan untuk terus menelaah dan mengkaji ayat-ayat Allah.

Demikian juga dengan ayat-ayat Allah yang berupa angka dan bilangan, baik yang terdapat di dalam Al Quran ataupun yang ada di alam semesta ini. Planet yang beredar mengelilingi matahari berjumlah 9, satu tahun terdiri atas 12 bulan, satu minggu ada 7 hari. Umat Islam diperintahkan shalat wajib sehari semalam 5 kali, apabila berjamaah pahalanya 27 derajat. Seusai shalat, kita disuruh berdikir masing-masing 33 kali.

Tentu ada makna di balik angka-angka tersebut.

Pertanyaannya, bisakah manusia menafsirkannya?
Bagaimana hukumnya?

Angka-Angka Bermakna
Fenomena 165
Di dalam Flying Book yang ditulis oleh KH. Fahmi Basya, bilangan 165 ditafsirkan memiliki arti yang khusus. Angka 1 berarti Tuhan, tertuang dalam konsep Ihsan. 6 berarti Rukun Iman dan 5 merupakan Rukun Islam. Angka 165 itu ternyata juga muncul ketika kita melaksanakan zikir di setiap ba’da shalat fardhu. Nabi memerintahkan kita untuk berzikir dengan mengucap Subhanallaah sebanyak 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allaahu Akbar juga 33 kali. Dalam hadis sahih riwayat Muslim dari Abu Hurairah juga dari Qutaibah, Rasul bersabda, “Sukakah kamu kuajarkan suatu amal yang dapat memperoleh pahala orang-orang dahulu serta mendahului orang-orang sesudah kamu dan tidak akan ada orang yang lebih mulia dari kamu melainkan orang yang mengamalkan seperti amalmu, sabda Rosul: Hendaklah kamu tasbih, takbir dan tahmid masing-masing 33 kali setiap selesai shalat.”
Apabila setiap selesai shalat masing-masing ucapan zikir itu dilafalkan sebanyak 33 kali, maka dalam sehari semalam atau lima kali shalat fardhu maka kita mengucapkan zikir-zikir itu masing-masing sebanyak 33 x 5 = 165. Jadi, ditafsirkan bahwa zikir-zikir ba’da shalat merupakan pengokoh Islam, Iman, dan Ihsan kita. Dengan konsisten mengucapkan zikir-zikir itu secara ikhlas dan khusyu, berarti kita menjaga dan memperkuat ke-Islam-an, ke-Iman-an, dan sikap Ihsan kita.
Selain itu, angka 165 juga muncul dalam fenomena lima bilangan ganjil pertama. Di dalam hadis disebutkan bahwa Allah menyukai yang ganjil. Apabila kita menjumlahkan lima bilangan ganjil pertama yang dipangkat dua maka akan kita dapatkan hasilnya sebagai berikut:
12 + 32 + 52 + 72 + 92
= 1 + 9 + 25 + 49 + 81
= 165
Juga apabila kita perhatikan surat ke-1 dalam Al Quran, yaitu Al Fatihah, terjemah ayat ke-5 berbunyi, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. Tafsirannya, menyembah dan memohon pertolongan tertuang dalam rukun Islam. Sedangkan ayat ke-6 nya berarti “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”, tafsirannya, untuk menempuh jalan yang lurus harus berbekal Rukun Iman.
Peringatan Ahad
Ahad berarti satu, juga merupakan nama salah satu hari. Berkaitan dengan hal ini, apabila kita coba perhatikan beberapa kejadian pada tahun 2004 yang lalu, akan kita temukan sebuah rangkaian ‘pertanda’ tentang pesan tertentu yang disampaikan oleh Allah kepada manusia. Pada tahun itu, Hari Raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijah yang bertepatan dengan tanggal 1 Februari jatuh pada hari Ahad. Demikian juga dengan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal yang bertepatan dengan tanggal 14 November, jatuh pada hari Ahad. Maulid Nabi Muhammad saw. tanggal 12 Robiul Awal yang bertepatan dengan tanggal 2 Mei pun ternyata jatuh pada hari Ahad. Juga peristiwa Isra’ Miraj tanggal 27 Rajab yang bertepatan dengan tanggal 12 September dan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram yang bertepatan dengan tanggal 22 Februari, keduanya juga terjadi pada hari Ahad. Dan yang paling akhir, ada sebuah peristiwa yang menggemparkan seisi dunia yang merenggut ratusan ribu korban jiwa, yaitu bencana gempa bumi dan Tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember, ternyata juga terjadi pada hari Ahad.
Apakah peristiwa-peristiwa besar yang sama-sama terjadi pada hari Ahad tersebut terjadi secara kebetulan? Pasti tidak. Sepertinya bumi yang terus berotasi dan berevolusi ini melalui kejadian-kejadian tersebut sedang mengumandangkan kalimat ‘Ahad’, ‘Ahad’, ‘Ahad’, ‘Ahad’, … ‘Ahad’. Lantas apakah atau siapakah ‘Ahad’ itu. Jawabnnya adalah Allah. “Katakanlah, ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Ahad). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia’.” (Q.S. Al Ikhlash 112: 1-4)
Peristiwa-peristiwa Ahad itu sepertinya menjadi peringatan bagi manusia untuk kembali mengingat Allah Yang Maha Ahad. Zaman sekarang ini memang semakin banyak orang yang berbuat maksiat dan melalaikan perintah Allah. Sehingga, barangkali Allah pun memperingatkan kita melalui peristiwa-peristiwa tersebut. “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. Yunus 10: 5)
27 Derajat
Dalam salah satu hadis disebutkan bahwa pahala shalat berjamaah adalah 27 derajat lebih tinggi dibandingkan shalat sendiri. Tentang hal ini, Agus Mustofa dalam buku Pusaran Energi Ka’bah menyatakan bahwa ketika kita shalat –di mana di dalamnya kita banyak membaca ayat Al Quran, berzikir, dan menyebut nama Allah– sesungguhnya kita sedang memancarkan energi positif dari dalam diri kita. Energi itu berupa getaran-getaran sebagaimana digambarkan dalam firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal”(Q.S. Al Anfal 8: 2)
Menurut Agus, saat belum melakukan shalat, energi itu tidak terpancar. Tetapi ketika kita sudah memulainya, energi itu akan terpancar baik secara vertikal maupun horisontal. Agus mengibaratkan hal itu dengan lampu yang dinyalakan dengan tenaga baterai. Lampu yang dinyalakan hanya dengan satu baterai tentu kalah terang dengan yang dinyalakan dengan lebih banyak baterai. Demikian juga dengan orang yang melaksanakan shalat. Jika kita shalat sendirian, energi yang kita pancarkan hanya memiliki kekuatan satu pancaran saja. Tetapi kalau kita sholat berjamaah, maka masing-masing orang memancarkan energinya masing-masing dan bergabung menjadi energi yang jauh lebih besar. Hal ini persis seperti sejumlah baterai yang digabungkan secara serial untuk menghidupkan lampu. Baterai-baterai yang terhubung secara serial itu harus bersentuhan satu sama lain agar energinya bisa tersalur dan bergabung. Demikian juga halnya dengan shalat berjamaah, Rasul memerintahkan kita untuk merapatkan barisan sampai bersentuhan satu sama lain, tapi bukan berarti berdesak-desakkan. Hal ini ditafsirkan agar energi positif yang terpancar masing-masing jamaah bisa tersalurkan dan bergabung menjadi pancaran energi yang lebih besar. Begitu juga denga shalat berjamaah di Masjidil Haram yang dikatakan oleh Rasul berpahala 100 ribu kali lipat dibandingkan shalat sendiri di tempat lain. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena adanya pancaran-pancaran energi positif dari jutaan jamaah yang melaksanakan shalat di seputar Ka’bah dan Masjidil Haram, ditambah dengan pancaran energi dari sekian banyak umat Islam yang melaksanakan shalat di berbagai penjuru dunia yang semuanya menghadap ke Ka’bah di Masjidil Haram.
Kelipatan 19
Fenomena angka 19 dan kelipatannya di dalam Al Quran memang sudah cukup lama dibicarakan orang. Berikut adalah beberapa di antaranya yang dikutip dari buku Matematika Islam yang ditulis oleh KH. Fahmi Basya, dosen mata kuliah Matematika Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
Apabila kita hitung jumlah huruf nyata dalam kalimat basmalah, akan kita lihat ada 19 huruf nyata di dalamnya. Selain itu, angka 19 atau kelipatannya juga banyak muncul dalam Al Quran (lihat Tabel).
Tabel di atas baru sebagian saja yang dikutip, karena dalam tulisan Fahmi Basya ada 26 poin dalam tabel tersebut. Masih berkaitan dengan angka 19, apabila kita menghitung ruas tulang jari-jari tangan dan kaki kita maka masing-masing memiliki 19 ruas tulang.
Kita memiliki dua tangan dan dua kaki, jumlah ruas tulang tersebut adalah 19 x 4 = 76. Adapun surat ke-76 di dalam Al Quran adalah Al Insan yang berarti manusia. Sehingga, apabila kita perhatikan nomor surat, nama surat, dan jumlah ruas tulang, ternyata memiliki hubungan satu sama lain yang berkaitan dengan bilangan 19.
Pengulangan 7
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” (Q.S. Al Hijr 15: 87). Sebagian besar ulama menafsirkan bahwa tujuh ayat yang diulang-ulang itu adalah surat Al Fatihah. Dan faktanya memang benar, tujuh ayat dalam surat Al Fatihah itu memang diulang-ulang oleh seluruh umat Islam ketika melakukan shalat.
Namun, apabila kita perhatikan fenomena lainnya, akan kita temukan fenomena pengulangan 7 lainnya. “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al Baqarah 2: 29) Di dalam ayat tersebut, Allah menyebut tentang adanya tujuh langit. Dan ternyata ayat yang membicarakan tentang tujuh langit di dalam Al Quran jumlahnya juga tujuh ayat. yaitu dalam surat Al Baqarah 2: 29, Al Mukminuun 23: 17, Fushshilat 41: 12, Ath-Thalaq 65: 12, Al Mulk 67: 3, Nuh 71: 15, dan An Naba’ 78: 12.
Selain itu, kalau kita perhatikan dengan saksama, ternyata angka tujuh memiliki keunikan tersendiri. Apabila kita bagi sebuah bilangan (berapa pun yang tak habis dibagi tujuh) dengan angka tujuh, hasil yang akan diperoleh adalah pola angka-angka unik di belakang koma. Pola angka tersebut akan selalu berulang setelah angka satu. Jadi, angka tujuh memang benar-benar memiliki fenomena pengulangan.

4 Ruku 4 Sujud
KH. Fahmi Basya menjelaskan bahwa ketika kita telah melakukan 1 rakaat dalam shalat, sesungguhnya kita sudah melakukan satu putaran yang terdiri atas satu kali ruku dan dua kali sujud. Saat ruku kita membentuk sudut 90° dari posisi berdiri tegak. Sedangkan saat sujud kita membentuk sudut 90°+45°=135° dari posisi tegak. Sehingga 1 ruku ditambah dua sujud adalah 90° + 135° + 135° = 360° atau satu lingkaran penuh.
Namun, ada shalat yang satu rakaatnya terdiri atas dua ruku dan dua sujud, yaitu Shalat Gerhana. Aisyah r.a. berkata, “Pada masa Rasulullah saw. masih hidup pernah terjadi gerhana matahari. Maka Rasulullah saw. menyuruh orang banyak shalat berjamaah. Setelah mereka berkumpul, Rasulullah saw. datang lalu bertakbir dan shalat 4 kali ruku dan 4 kali sujud dalam dua rakaat.” (Sahih Muslim)
Oleh KH. Fahmi Basya, perputaran dalam Shalat Gerhana yang terdiri atas dua rakaat dengan 4 ruku dan 4 sujud itu dihitung sebagai berikut.

Rakaat 1 = 360º + 90º (karena 2 x rukuk)
= 0º + 90º = 90º
Rakaat 2 = 360º + 90º (karena 2x rukuk)
= 0º + 90º = 90º
——————————————————————————— +
= 180º = Garis Lurus
Maknanya, dalam Shalat Gerhana berarti kita membentuk sudut 180º atau garis lurus. Hal ini sama dengan posisi matahari, bumi, dan bulan saat terjadi gerhana, yaitu membentuk satu garis lurus.


Para Penafsir
Fenomena Sains Al Quran
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka penafsiran ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan masalah fenomena alam semesta pun semakin berkembang. Apabila para mufasir zaman dahulu menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan sains hanya sebatas menggunakan penjelasan ayat-ayat yang lain atau hadis Nabi atau Qoul sahabat, maka pada zaman sekarang sudah banyak sekali ilmuwan yang menyingkap kandungan ayat-ayat Al Quran melalui hasil kajian ilmiahnya.
Misalnya, ketika ada ayat yang membahas proses kejadian manusia di dalam rahim ibu, maka ilmu kedokteran sekarang ini sudah membuktikan kebenaran ayat tersebut. Contoh lainnya, ada ayat yang berbunyi, “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman 55: 19-21). Ternyata sekarang sudah terbukti bahwa di dasar Laut Merah terdapat sumber mata air tawar yang mengalir terus dan tidak bercampur dengan air laut di sekitarnya yang asin. Juga tentang ayat, “Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman 55: 37-38). Terbukti ayat itu benar, ketika teleskop Hubble memotret gambar Big Bang yang memang seperti kilauan berbentuk bunga mawar merah.
Menurut Drs HM. Hasyim Manan, MA., Pembantu Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, penafsiran-penafsiran ayat Al Quran tentang alam semesta seperti itu telah dirintis oleh ulama besar, yaitu Syekh Tantawi Jauhari. Kajian ini berkembang pesat di tangan generasi berikutnya. Dapat kita temukan nama-nama semisal Muhammad Mukhtar yang menulis kitab Riyad al Mukhtar dan Dr. Abdul Aziz Pasha Ismail dengan tulisannya Sunan Allah al Kauniyah.
Dewasa ini, seiring terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak pula para ahli di bidang tertentu yang mencoba menafsirkan Al Quran. Kita tentu mengenal nama Harun Yahya yang banyak menyingkap berbagai kebenaran ayat Al Quran melalui berbagai penelitian ilmiahnya. Bahkan, kini sudah tersaji tidak hanya dalam bentuk buku, tetapi juga dalam bentuk tayangan film dokumenter atau video.
Di Indonesia, ada nama Agus Mustofa, seorang alumnus jurusan Teknik Nuklir Universitas Gadjahmada Jogjakarta yang menulis beberapa buku hasil penafsirannya terhadap beberapa ayat Al Quran dalam kacamata sains. Buku-bukunya antara lain “Pusaran Energi Ka’bah”, “Terpesona di Sidratul Muntaha”, dan “Ternyata Kita Bersatu dengan Allah”. Juga ada Ir. H. Bambang Pranggono, alumni Arsitektur dan MBA Institut Teknologi Bandung yang juga mantan Dekan dan pendiri Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung (UNISBA), menulis buku “Percikan Sains dalam Al Quran”. Dan ada pula KH. Fahmi Basya, alumnus Fakultas MIPA Universitas Indonesia yang menulis buku “Matematika Islam”.
Khusus mengenai KH. Fahmi Basya, beliau adalah penggagas dan pengajar mata kuliah Matematika Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Matematika Islam secara resmi menjadi mata kuliah di UIN sejak tahun 2002 setelah kurang lebih 16 tahun menjadi materi Stadium General di sana. KH. Fahmi Basya, kelahiran Padang 3 Februari 1952, mulai menuangkan pemikiran dan penelaahannya dalam bentuk makalah atau tulisan sederhana. Selanjutnya ia membuat apa yang dinamakannya Flying Book, yaitu kumpulan tulisan dan presentasinya yang dituangkan dalam bentuk file Power Point. File-file tersebut disebarluaskan baik melalui internet ataupun diperbanyak dalam bentuk CD.
Di antara materi-materi yang dibahasnya adalah tentang “Roda Gigi Shalat”, “Umur Nabi”, “Kota Al Quran”, “Rumah Lebah Segi Enam”, “Grafik Asli Basmalah”, dll. Selain dalam bentuk tulisan, ia pun melengkapi hasil pemikiran dan temuannya dengan gambar atau lukisan karyanya sendiri. Sebagian besar lukisannya berkaitan erat dengan hasil penelitiannya tentang ayat-ayat Al Quran dan ajaran Islam yang berhubungan dengan matematika. Karya-karya lukisannya banyak tertuang dalam materinya yang berjudul “Bumi itu Al Quran”


Hati-Hati, Teliti, dan Terus Menggali

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S. Al Baqarah 2: 164)
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa dalam segala apa yang diciptakan oleh Allah swt. terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran-Nya bagi orang-orang yang mau berpikir. Dengan kata lain, Allah memerintahkan kita untuk memikirkan berbagai macam fenomena alam semesta. Tentang makna ayat tersebut, Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran menyatakan bahwa sekiranya manusia hatinya membeku karena tidak mau memperhatikan fenomena alam ini, lalu hatinya berubah dan mau memperhatikan fenomena alam ini dengan perasaan yang baru dan pandangan yang penuh penyelidikan seperti seseorang yang baru saja mengunjungi alam ini, memperhatikan dengan sungguh-sungguh tiap gerak dan gemerisiknya suara, tentulah akan tergetar jiwanya dan terbukalah baginya segala keajaiban yang menyelubungi alam semesta ini.
Untuk memahami berbagai tanda kebesaran Allah dalam fenomena alam semesta, tentu diperlukan adanya ilmu dan pengetahuan. Kita perlu untuk belajar dan berpikir baru kemudian bisa sampai pada sebuah kesimpulan. Adalah salah apabila kita langsung menyimpulkan tentang suatu fenomena tanpa mempelajari dan memikirkannya secara mendalam terlebih dahulu.
Tentang hal tersebut, dalam buku “Matematika Islam”, KH. Fahmi Basya memberikan sebuah ilustrasi. Katakanlah kita mempunyai selembar kertas yang sangat tipis sekali, tebalnya hanya 1/1000 milimeter. Kertas itu kemudian kita potong menjadi dua bagian, lalu kita dempetkan dan kita potong lagi menjadi dua bagian sekaligus. Kemudian kita dempetkan lagi hasilnya lalu kita potong lagi menjadi dua bagian sekaligus. Dan begitu seterusnya, kita mendempetkan dan memotongnya menjadi dua bagian sekaligus. Pertanyaannya, berapa kira-kira tinggi kertas itu jika ditumpuk setelah potongan yang ke-50? Apakah kurang dari ½ meter ataukah lebih dari ½ meter? Lantas kalau ada orang yang mengatakan bahwa sampai potongan ke-50, tumpukan kertas itu meninggi terus ke angkasa melewati bulan, apakah kita percaya? Hampir dapat dipastikan, kita menjawabnya tidak, karena kertas asalnya benar-benar sangat tipis yaitu hanya 1/1000 milimeter.
Tapi, tak ada salahnya apabila kita mencoba untuk menghitungnya secara sederhana seperti perhitungan berikut ini.

1. Potongan pertama = 1+1 = 2 = 21 (dua pangkat satu)
2. Potongan kedua = 2+2 = 4 = 22 (dua pangkat dua)
3. Potongan ketiga = 4+4 = 8 = 23 (dua pangkat tiga)
4. Potongan keempat = 8+8 = 16 = 24 (dua pangkat empat)
n. Potongan ke-n = = 2n
50. Potongan ke-50 = … = 250 = 1.125.899.900.000.000
Maka tinggi tumpukan kertas itu menjadi:
1/1000 mm x 1.125.899.900.000.000 = 1.125.899.900.000 mm
= 1.125.899.900 m
= 1.125.899,9 km
Dengan memperhatikan ilustrasi dan perhitungan yang disampaikan KH. Fahmi Basya itu maka kita dapati bahwa setelah potongan ke-50, tumpukan kertas itu ternyata tingginya lebih dari sejuta kilometer, padahal tinggi bulan dari bumi hanya 380.000 km. Artinya, tumpukan kertas itu melebihi tingginya bulan. Berarti pula kesimpulan awal yang kita tetapkan secara sepintas namun dengan cukup yakin itu ternyata salah.
Ijtihad Kolektif
Untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat dari suatu fenomena atau permasalahan, kita perlu berijtihad. Ijtihad, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ust. Aam Amiruddin, berarti mencurahkan segala kemampuan inteklektual untuk menjawab persoalan-persoalan terkini dengan bersumber kepada Al Quran dan sunnah. Kemampuan intelektual ini tentu saja yang bersesuaian dengan permasalahan yang dihadapi.
Seorang pengemudi becak yang tidak memiliki latar belakang pendidikan memadai tentu saja dianggap tidak tepat apabila berijtihad untuk menafsirkan ayat Al Quran tentang fenomena astronomi. Begitu juga seorang insinyur teknik bangunan tidak layak untuk menafsirkan proses kejadian manusia yang diceritakan di dalam Al Quran. Dan tak dapat disangkal pula, seorang pakar yang menafsirkan sesuatu yang memang termasuk dalam bidang kajiannya pun tetap saja memiliki peluang berbuat salah dalam memahami makna ayat yang sebenarnya.
Oleh karenanya, salah satu solusi terbaik dalam hal ini, di zaman sekarang, adalah dengan melakukan apa yang diungkapkan Dr. Yusuf Qordhowi yang juga diamini oleh Ust. Aam Amiruddin, yaitu berijtihad menafsirkan sesuatu secara kolektif. Artinya, penafsiran itu dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki keahlian di bidangnya masing-masing, tentu saja yang berkaitan dengan ayat yang ditafsirkan. Hal ini bagus untuk dilakukan agar hasil penafsiran itu benar-benar matang dan mendalam serta meminimalisir kemungkinan malah mereduksi makna sebenarnya seperti kasus penafsiran haramnya babi karena cacing pita. Selain itu juga untuk menghilangkan kesan menjadikan agama sebagai bahan mainan seperti yang dikritik oleh para ulama salafi, dan yang paling utama adalah lebih mendekatkan atau mencapai makna yang sebenarnya seperti yang dikehendaki oleh Sang Pencipta.
Gali Terus
Di dalam salah satu tulisannya yang berkaitan dengan masalah penafsiran dan fenomena angka di dalam Al Quran, Prof. Komaruddin Hidayat menyatakan, bagaimana mungkin Nabi Muhammad saw. menerima dan menyusun Al Quran dalam kurun waktu 23 tahun dengan rumusan dan kalkulasi matematis, kalau saja tanpa campur tangan Jibril atas bimbingan Allah? Menurutnya, temuan-temuan semacam itu penting digarisbawahi mengingat seringkali para orientalis menganggap Al Quran sebagai karangan Muhammad belaka. Namun keraguan itu menjadi absurd ketika dibuktikan bahwa secara matematis banyak ditemukan adanya keajaiban yang sulit dibayangkan hal itu produk seorang yang ummi, yang hidup di padang pasir pada abad ke-6.
Prof. Komaruddin menambahkan pula bahwa sesungguhnya Al Quran selalu membuka diri untuk diinterogasi, ditanya, digali, dibantah, didebat, dan entah diapakan lagi sepanjang perjalanannya sejak diwahyukan sampai sekarang. Bagi mereka yang memiliki kedalaman ilmu kedokteran, maka Al Quran membuka diri untuk diajak dialog seputar kedokteran. Bagi mereka yang menguasai ilmu pertanian, kelautan, astronomi, ilmu jiwa, ataupun cabang ilmu lainnya, Al Quran membuka diri untuk dikaji, digali, bahkan diinterogasi. Dan nyatanya hingga saat ini semakin banyak sarjana Muslim yang menguasai berbagai disiplin keilmuan, mereka malah semakin respek dan yakin bahwa Al Quran adalah Kalam Ilahi yang di dalamnya mengandung isyarat-isyarat ilmiah yang tidak pernah habis-habisnya digali.
Pendapat tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ust. Aam Amiruddin bahwa pada dasarnya semua ayat Al Quran memang perlu ditafsirkan. Terlebih, dari sudut mana pun kita memandang Al Quran, kita akan melihatnya seperti mutiara yang senantiasa menampakkan hal yang baru untuk dikaji dan didalami.
Pada akhirnya, kita pun sebagai umat Islam perlu untuk terus belajar dan belajar; menggali kandungan ayat-ayat Allah baik yang tersurat di dalam Al Quran ataupun yang ada di alam semesta ini guna memperteguh keimanan dan ketawaan kita kepada Allah swt. Bukan saja secara kolektif, tapi justru secara individu pun kita harus lebih giat mengkaji dan memahami ayat-ayat Allah secara sungguh-sungguh. Diri kita secara individulah yang akhirnya akan menentukan kesimpulan. Mengikuti kesimpulan orang lain juga merupakan sebuah kesimpulan individu. Yang penting, bukan merupakan taqlid buta tetapi sesuatu yang berdasarkan pemahaman melalui proses belajar dan berpikir yang mendalam.

TAFSIR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM [bagian 6]

KAJIAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DALAM PERSPEKTIF MATEMATIKA SUFISTIK

Mukjizat Allah, tanda 99 pada telapak tangan andaTahukah sahabat, garis utama kedua telapak tangan kita, (lihat attachment), bertuliskan dalam angka Arab yaitu : /\ pada telapak tangan kanan, artinya : 18dan /\ pada telapak tangan kiri, artinya : 81Jika kedua angka ini dijumlahkan, 18+81 = 9999 adalah jumlah nama/sifat Allah, Asmaul Husnayang terdapat dalam Al-Quran !Bila 18 dan 81 ini dirangkaikan, maka terbentuk angka 1881.Angka ini adalah angka kelipatan 19 yang ke-99 !( 19 x 99 = 1881 )Seperti diketahui angka 19 adalah fenomena tersendiri dalam Al-Quran,yang merupakan bukti kemukjizatan al-Quran. Maka benarlah firman Allah SWT :"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksiatas segala sesuatu?" QS. Fushshilat 41:53



Setiap muslim pasti meyakini kebenaran Quran sebagai kitab suci yangtidak ada keraguan sedikitpun, sebagai petunjuk bagi orang-orang yangbertaqwa.Namun kemukjizatan Quran tidak hanya dibuktikan lewat kesempurnaankandungan, keindahan bahasa, ataupun kebenaran ilmiah yang seringmengejutkan para ahli.Suatu KODE MATEMATIK yang terkandung di dalamnya misalnya, takterungkap selama berabad-abad lamanya sampai seorang sarjana pertanianMesir bernama Rashad Khalifa berhasil menyingkap tabir rahasiatersebut. Hasil penelitiannya yang dilakukan selama bertahun-tahundengan bantuan komputer ternyata sangat mencengangkan. Betapa tidak,ternyata didapati bukti-bukti surat-surat/ayat-ayat dalam Quran serbaberkelipatan angka 19.Penemuannya tersebut berkat usaha penafsirannya terhadap surat ke-74ayat : 30-31, yang artinya sbb :"Yang atasnya ada sembilanbelas (malaikat penjaga), dan tidaklah Kamijadikan bilangan mereka itu (angka 19) melainkan untuk menjadi cobaanbagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadiyakin dan SUPAYA ORANG YANG BERIMAN BERTAMBAH IMANNYA, dan supayaorang-orang yang diberi Al Kitab dan orang-orang mukmin itu tidakragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakitdan orang-orang kafir berkata: Apakah yang dikehendaki Allah denganbilangan ini sebagai perumpamaan?".Hasil penemuannya yang sangat mengejutkan ini pada tahun 1976 telahdidemonstrasikan di depan umum ketika diselenggarakan Pameran IslamSedunia di London. Berikut cuplikan dari sebagian penemuannya tersebut:1.)Kita mengetahui bahwa setiap surat-surat dalam Quran selalu diawalidengan bacaan `Basmalah' sebagai statement pembuka, yaitu"Bismillaahirrahmaanirraahiim" (yang artinya : "dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi MahaPenyayang").Bacaan `Basmalah' tersebut tulisan Arabnya terdiri dari 19 huruf. 1.ba 2.sin 3.mim 4.alif 5.lam 6.lam 7.Ha 8.alif 9.lam 10.ra 11.ha 12.mim 13.nun 14.alif 15.lam 16.ra 17.ha 18.ya 19.mim2.)Bacaan `Basmalah' terdiri dari kelompok kata : Ismi - Allah - Arrahman- Arrahim.Penelitian menunjukkan jumlah dari masing-masing kata tersebut dalamQuran ternyata selalu merupakan kelipatan angka 19.a) Jumlah kata `Ismi' dalam Quran ditemukan sebanyak 19 buah (19 X 1)b) Jumlah kata `Allah' dalam Quran ditemukan sebanyak 2698 buah (19 X 142)c) Jumlah kata `Arrahman' dalam Quran ditemukan sebanyak 57 buah (19 X 3)d) Jumlah kata `Arrahim' dalam Quran ditemukan sebanyak 114 buah (19 X 6)Apabila faktor pengalinya dijumlahkan hasilnya juga merupakankelipatanangka 19, yaitu 1 + 142 + 3 + 6 = 152 (19 X 8).3.)Jumlah total keseluruhan surat-surat dalam Quran sebanyak 114 surat(atau 19 X 6).4.)Bacaan `Basmalah' dalam Quran ditemukan sebanyak 114 buah (19 X 6),dengan perincian sbb: Sebanyak 113 buah ditemukan sebagai pembukasurat-surat kecuali surat ke-9. Sedangkan sebuah lagi ditemukan disurat ke-27 ayat : 30.Berbeda dengan surat-surat lain, surat ke-9 memang khusus sengajatidak diawali bacaan `Basmalah' karena isinya merupakan ayat-ayatperang. Dalam Surat ke-9 ini kebanyakan pokok pembicaraannya berisitentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikinkarena pengkhianatan mereka, sebaliknya surat ke 27 terdapat kisahajakan penyerahan diri Ratu Balqis oleh Sulaiman. Jadi terdapatperbedaan sifat kandungan antara surat ke-9 dan surat ke-27.Berikut terjemahan surat ke-9 ayat 3 :"Dan suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusiapada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan rasul-Nya berlepasdiri dari orang-orang musyrikin, kemudian jika kamu bertobat makabertobat itu lebih baik bagimu, dan jika kamu berpaling makaketahuilahbahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlahkepada orang-orang kafir bahwa bagi mereka siksa yang pedih."Terjemahan surat ke-27 ayat: 29-31:"Ia (Balqis) berkata, Hai pembesar-pembesarku, telah dikirim kepadakusebuah surat yang berharga. Surat itu dari Sulaiman yang isinyaberbunyi : "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglahkepadaku dengan berserah diri."5.)Pada surat ke-27 ayat : 30 tempat ditemukannya bacaan `Basmalah',kalaubilangan surat dan ayatnya dijumlahkan hasilnya merupakan kelipatanangka 19, yaitu 27+30= 57 (19 X 3).6.)Dari point 4 di atas, ditemukan hubungan yang menarik antara surat ke-9 dan ke-27. Surat ke-27 ternyata merupakan surat yang ke-19 jikadihitung dari surat ke-9. surat ke : 9, 10, 11, 12, ……., 25, 26, 27= urutan surat ke : 1, 2, 3, 4, ……., 17, 18, 197.)Dari point 6, apabila bilangan surat-surat dijumlahkan mulai darisurat ke-9 s/d ke-27, (9+10+11+12+…+24+25+26+27) maka hasilnya adalah342 (19X 18).8.)Wahyu pertama (Surat ke-96 ayat:1-5) terdiri dari 19 kata (19 X 1) dan76 huruf (19 X 4)9.)Wahyu kedua (Surat ke-68 ayat : 1-9 ) terdiri dari 38 kata (19 X 2).10.)Wahyu ketiga (Surat ke-73 ayat : 1-10 ) terdiri dari 57 kata (19 X 3).11.)Wahyu terakhir (Surat ke-110 ) terdiri dari 19 kata (19 X 1), dan ayatpertama dari Surat ke-110 tersebut terdiri dari 19 huruf (19 X 1).12.)Wahyu yang pertamakali menyatakan ke-Esaan Allah adalah wahyu ke-19(Surat ke-112)13.)Surat ke-96 tempat terdapatnya wahyu pertama, terdiri dari 19 ayat (19X 1) dan 304 huruf (19 X 16). Selain itu juga ternyata surat ke-96tersebut merupakan surat yang ke-19 bila diurut/ dihitung mundur daribelakang Quran. surat ke : 114, 113, 112, 111, ..., 98, 97, 96= urutan surat ke : 1, 2, 3, 4, ..., 17, 18, 1914.)Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa Quran tersusun denganperhitungansistim kunci (interlocking system), sesuai maksud dari surat ke-85ayat: 20, yang artinya : "Allah telah mengepung/mengunci mereka daribelakang".15.)Dari point 13, apabila bilangan surat-surat dijumlahkan mulai darisurat ke-114 s/d ke-96, (114+113+112+111+…+98+97+96) maka hasilnyaadalah 1995 (atau 19 X 105 ).16.)Penulis juga menemukan bahwa surat-surat yang memiliki 8 (delapan)ayatdan 11 (sebelas) ayat-lah yang paling banyak terdapat dalam Quran,yakni masing-masing terdiri dari 5 (lima) buah surat. Disusul kemudiansurat-surat yang memiliki 3 (tiga), 19 (sembilan belas), 29 (dua puluhsembilan), 30 (tiga puluh), dan 52 (lima puluh dua) ayat, yangmasing-masing terdiri dari 3 (tiga) buah surat. Apabila dijumlahkanayat-ayat tersebut sesuai dengan kelompoknya maka hasilnya merupakankelipatan angka 19, yaitu sbb :surat ke:94,95,98,99,102 masing2 terdiri dari: 8 ayatsurat ke:62,63,93,100,101 masing2 terdiri dari: 11 ayatApabila jumlah ayat-ayatnya dijumlahkan: 8+11= 19, (atau 19 X 1 )= surat ke:103,108, 110 masing2 terdiri dari: 3 ayat= surat ke: 82, 87, 96 masing2 terdiri dari : 19 ayat= surat ke: 48, 57, 81 masing2 terdiri dari : 29 ayat= surat ke: 32, 67, 89 masing2 terdiri dari : 30 ayat= surat ke: 14, 68, 69 masing2 terdiri dari : 52 ayatApabila jumlah ayat-ayatnya dijumlahkan : 3 + 19 + 29 + 30 + 52 = 133(19 X 7 ).17.)Quran merupakan satu-satunya kitab suci di dunia ini yang memilikitanda-tanda khusus (initials) berupa huruf-huruf (code letters) atausebagaimana disebut dalam bahasa Arab "Muqatta-`aat" yangartinya "katasingkatan". Di dalam Quran terdapat sebanyak 29 (dua puluh sembilan)surat-surat yang diawali dengan 14 (empat belas) macam kombinasi dari14 (empat belas) huruf-huruf "Muqatta-`aat". 14 huruf-huruf itu adalah: alif, lam, mim, ra', kaf, ha', yaa', ain, shad, tha', shin, qaf,nun, dan kha'.14 macam kombinasi huruf adalah :1. Alif, lam, mim 8. Nun2. Kha, mim 9. Kaf, kha', ya', ain, shod3. Alif, lam, ro' 10. Alif, lam, mim, shod4. Alif, lam, mim, ro' 11. Shod5. Tho', sin 12. Qof6. Tho', sin, mim 13. Ain, sin, qof7. Ya', sin 14. Tho', ha'29 surat-surat adalah surat ke : 2, 3, 7, 10 11, 12, 13, 14, 15, 19,20,26,27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 50,dan 68.Maka apabila bilangan dari banyaknya huruf, banyaknya kombinasi, danbanyaknya surat dijumlahkan maka hasilnya merupakan kelipatan 19,yaitu 14 + 14 + 29 = 57 (19 X 3).Tanda-tanda dengan kata singkatan ini, ahli tafsir mempunyai pendapatyang berbeda-beda. Ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannyakepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat `mutasyaabihaat', adapula yang berpendapat huruf-huruf abjad itu berfungsi untuk menarikperhatian para pendengar supaya memperhatikan bacaan-bacaan dalamQuran.Namun berkat penemuan angka 19 kini terbukalah maksud sesungguhnyadari adanya huruf-huruf "Muqatta-`aat" tersebut, yaitu berfungsisebagaipenjaga keaslian atau keotentikan Quran karena berhubungan denganangka 19, perhatikan demonstrasi berikut :18.)Surat ke-68 diawali huruf `Nun'. Setelah diteliti jumlah huruf `Nun'yang terdapat pada surat tersebut merupakan kelipatan 19.Surat ke 68 `Nun' kelipatan 19_____________________________________ 133 (19 X 7)Berikut terjemahan surat ke-68 ayat 2-6 :"Nun. Berkat kemuliaan Tuhanmu, engkau (Muhammad) sekali-kali bukanorang gila, dan sesungguhnya bagimu pahala yang besar, dansesungguhnyaengkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur, maka kelak kamu akanmelihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa diantara kamu yang gila."19.)Surat ke-42 dan surat ke-50 diawali huruf `Qof'. Setelah ditelitihuruf `Qof' yang terdapat pada kedua surat tersebut sebanyak 114 huruf(atau 19 X 6 ). Ada yang berpendapat bahwa huruf `Qaf' ini singkatandari kata `Quran' karena Quran terdiri dari 114 surat.Surat ke `Qof' kelipatan 19______________________________________ 42 57 (19 X 3) 50 57 (19 X 3) _____ 114 (19 X 6)Hal lain yang mengherankan, Allah biasanya menyebut kaumnya Nabi Luthdengan kalimat "Qaumu Luuth" yang ditemukan sebanyak 12 kali dalamQuran, namun pada surat ke-50 ayat 13, sebutan tersebut bergantimenjadi "Ikhwanu Luuth" yang artinya "saudara-saudaranya Nabi Luuth".Seakan-akan Allah merubah unsur `Qaf' dalam kalimat tersebut sehinggajumlah huruf `Qaf' dalam Quran tetap berkelipatan 19, jika tidak makajumlahnya adalah 115.Berikut terjemahan surat ke-50 ayat 1-2 :"Qaaf, demi Al Quran yang sangat mulia, mereka tercengang lantarandatang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) merekasendiri, maka berkatalah orang-orang kafir : "Ini sesuatu perkara yangamat aneh"."20.)Surat ke-42 diawali huruf `Ain', 'Sin', dan `Qof'. Setelah ditelitijumlah total ketiga huruf tersebut pada surat ke-42 merupakankelipatan19.Surat ke: `Ain' `Sin' `Qof' kelipatan 19______________________________________________________ 42 98 + 54 + 57 = 209 (19 X 11)21.)Surat ke-36 diawali huruf `Ya', dan `Sin'. Setelah diteliti jumlahtotal kedua huruf tersebut pada surat ke-36 merupakan kelipatan 19.Surat ke: `Ya' `Sin' kelipatan 19______________________________________________________ 36 237 + 48 = 285 (19 X 15)22.)Surat ke-13 diawali huruf `Alif', `Lam', `Mim', dan `Ro'. Jumlahtotalhuruf-huruf tersebut pada surat ke-13 merupakan kelipatan 19.Surat ke `Alif' `Lam' `Mim' `Ro' kelipatan 19_______________________________________________________ 13 605 + 480 + 260 + 137 =1482 (19 X 78)23.)Surat ke-7 diawali huruf `Alif', `Lam', `Mim', dan `Shod'. Jumlahtotal huruf-huruf tersebut pada surat ke-7 merupakan kelipatan 19.Surat ke: `Alif' `Lam' `Mim' `Shod' kelipatan 19______________________________________________________7 2529 + 1530 + 1164 + 97 = 5320 19 X 28024.)Surat ke-19 diawali huruf `Kaf', `Kha', `Ya', Ain, dan `Shod'. Jumlahtotal huruf-huruf tersebut pada surat ke-19 merupakan kelipatan 19.Surat ke: `Kaf' Kha' Ya' 'Ain `Shod' kelipatan 19______________________________________________________19 137+175+ 343+117 + 26 = 798 19 X 4225.)Surat ke-7, 19, dan 38 diawali huruf `Shod'. Total jumlah huruf Shod'dalam ketiga surat tersebut ternyata merupakan kelipatan 19.Surat ke `Shod'7 9719 2638 29 ____ + 152 (19 X 8)Ada hal yang menarik, yakni pada surat ke-7 ayat 69 ditemukan kata`basthatan' (jika dieja terdiri dari huruf ba', shod, tho', ta').Padahal lazimnya kata tersebut haruslah dieja dengan huruf ba', sin,tho', ta' (contohnya pada surat ke-2 ayat 247). Menurut riwayat, padasaat turunnya ayat 69 tersebut Jibril menyuruh Nabi Muhammadmenuliskankata `basthatan' dengan huruf shod, namun unsur huruf `shod' itu tetapharus dibaca sebagai huruf `sin', dan hal ini ditandai dengan hurufsintersebut ditempatkan sebagai huruf kecil di atas huruf `shod'. DenganAllah menempatkan huruf `shod' dalam ayat tersebut, jumlahnya dalamQuran menjadi tepat berkelipatan 19, jika tidak maka jumlahnya adalah151.Berikut terjemahan surat ke-7 ayat 69: "Apakah kamu (tidak percaya)danheran ketika datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa olehseorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu ? Daningatlah ketika Allah menjadikan kamu sebagai angkatan penggantisesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah `melebihkan' kekuatantubuh dan perawakanmu."26.)Surat ke-40 s/d ke-46 diawali huruf `Kha' dan Mim. Setelah ditelitijumlah total kedua huruf tersebut pada surat-surat tersebut merupakankelipatan 19.Surat ke `Kha' Mim____________________________40 64 38041 48 27642 53 30043 44 32444 16 15045 31 20046 36 225 _____________ + 292 + 1855 = 2147 (19 X 113)27.)Surat ke-10, 11, 12, 14, dan 15 diawali huruf `Alif', `Lam',dan `Ro'.Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat-surat tersebut merupakankelipatan 19.Surat ke: `Alif' `Lam' `Ro' kelipatan 19 10 1319 + 913 + 257 = 2489 (19 X 131) 11 1370 + 794 + 325 = 2489 (19 X 131) 12 1306 + 812 + 257 = 2375 (19 X 125) 14 585 + 452 + 160 = 1197 (19 X 63) 15 493 + 323 + 96 = 912 (19 X 48)28.)Surat ke-2, 3, 29, 30, 31, dan 32 diawali huruf `Alif', `Lam', dan`Mim'. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat-surat tersebutmerupakan kelipatan 19.Surat ke: `Alif' `Lam' `Ro' kelipatan 19______________________________________________________ 2 4502 + 3202 + 2195 = 9899 (19 X 521) 3 2521 + 1892 + 1249 = 5662 (19 X 298) 29 774 + 554 + 344 = 1672 (19 X 88) 30 544 + 393 + 317 = 1254 (19 X 66) 31 347 + 297 + 173 = 817 (19 X 43) 32 257 + 155 + 158 = 570 (19 X 30)29.)Surat ke-19 diawali huruf kaf, ha', ya', ain & shod.Surat ke-20 diawali huruf tho' dan ha'.Surat ke-26 diawali huruf tho', sin, dan mim.Surat ke-27 diawali huruf tho' dan sinSurat ke-28 diawali huruf tho', sin, dan mim.Maka perhatikanlah hubungan yang sangat menarik berikut ini :Surat ke: `Ha' `Tho' `Sin' `Mim'19 175 0 0 020 251 28 0 026 0 33 94 48427 0 27 94 028 0 19 102 460____________________________________________ 426 + 107 + 290 + 944 = 1767 (19x93)Bahwa angka 19 adalah kode matematik yang terkandung dalam komposisiliterer Quran, suatu fenomena tak terbantah yang luar biasa (Mujizat)pada Al-Quran, yang sekaligus membuktikan bahwa Al-Quran adalahbenar-benar wahyu Illahi, dan membantah tuduhan bahwa Al-Quran karyamanusia. Mengingat turunnya wahyu adalah secara berangsur-angsur,dengan bagian-bagian surat yang acak tidak berurutan, disesuaikandengan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya.Melalui uraian diatas, tampak bahwa angka/bilangan 19 dapat berfungsipula sebagai pemelihara keotentikkan Al-Quran. Dapat digunakan untukmencek apakah dalam penulisan atau pencetakkan sebuah kitab Quranterdapat suatu kesalahan atau tidak, dengan cara menghitung kata-katakrusial yang jumlahnya dalam Quran merupakan multiplikasi angka 19,dengan bantuan suatu program komputer secara mudah akan membantumelacak kesalahan penulisan untuk pencetakan.

TAFSIR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM [bagian 5]

Oleh: KH. Shohibul Faroji Al-Robbani [Mursyid Thariqah Al-Ahadiyyah]

Tahukah Anda bahwa basmalah menyimpan sejuta keutamaan yang-Masya Allah-sangat agung? Antum sering kali mengucapkannya. Kapan dan di mana saja. Atau bahkan dalam keadaan bagaimanapun juga. Tapi, terkadang dengan keminimalan ilmu kita terhadap beberapa perkara syariat, menyebabkan kita kurang tahu rahasia apa yang tersembunyi di balik amalan besar ini.
Basmalah, merupakan bacaan (dzikir) yang kerap kali kita lantunkan. Basmalah adalah istilah dari penyebutan Bismillah, seperti hamdalah istilah dari Al Hamdulillah dan hauqalah istilah dari lahaula wala quwwata illa billah. Ia merupakan penggalan salah satu ayat dalam surat An Naml dan sebagai ayat pertama yang membuka surat Al Fatihah. Lebih dari itu, basmalah sebagai pembuka dari seluruh surat-surat Al Qur’an kecuali surat At Taubah (Al Bara’ah), namun bukan bagian dari surat-surat tersebut kecuali pada surat Al Fatihah.
Membacanya pun akan mendapat balasan (pahala) sebagaimana pahala membaca ayat-ayat yang lain dalam Al Qur’an. Setiap hurufnya Allah subhanahu wata’ala memberi pahala satu kebaikan yang dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al Qur’an), maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku (Nabi Muhammad) tidaklah mengatakan Alif Laam Miim adalah satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (H.R. At Tirmidzi no. 2910, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)
Tuntunan Memulai Amalan Dengan BasmalahBasmalah, tersusun dari tiga kata:
بسم الله (ب — اسم — الله).
Yang diterjemahkan dalam bahasa kita: “Dengan menyebut nama Allah”. Para ulama menerangkan bahwasanya ucapan basmalah ini sangat berguna bagi seseorang yang hendak melakukan suatu amalan yang mulia. Misalnya membaca basmalah ketika akan menulis atau membaca. Maksud dimulainya amalan tersebut dengan basmalah adalah agar tulisan atau bacaannya itu mendapat barakah dari Allah subhanahu wata’ala. Mendapat tsawab (pahala) dan bermanfaat.
Jadi, mengawali suatu amalan perbuatan atau perkataan itu dengan membaca basmalah tidak lain hanya dalam rangka bertabarruk (mencari barakah) kepada Allah subhanahu wata’ala dan untuk mendapatkan pahala dari-Nya. Sebuah keistemewaan yang sering dicari dan diimpikan oleh kebanyakan orang.Mengucapkan basamalah pada amalan-amalan yang bernilai, merupakan bimbingan Allah subhanahu wata’ala terhadap para nabi-Nya. Sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala kisahkan dalam Al Qur’anul Karim tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam ketika mengajarkan kepada umatnya membaca basmalah disaat berlayar atau berlabuh. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya), “Dan Nuh berkata, “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.” Sesungguhnya Rabb-ku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Hud: 41)
Demikian pula Allah subhanahu wata’ala mengisahkan dalam Al Qur’anul Karim tentang Nabi Sulaiman ‘alaihis salam ketika mengirim risalah dakwah kepada Ratu Saba’ diawali pula dengan basmalah. Sebagaimana firman-Nya: (artinya) “Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (An Naml: 30)
Basmalah ini pun juga merupakan sunnah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Ketika wahyu pertama kali turun kepada beliau shalallahu ‘alaihi wasallam adalah ayat: (artinya) “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang Menciptakan,” (Al ‘alaq: 1)Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam agar membaca kalamullah (Al Qur’an) dengan menyebut nama-Nya.
Saudaraku yang semoga dirahmati Allah subhanahu wata’ala, ketahuilah bahwa barakah itu berasal dari Allah subhanahu wata’ala semata. Hal ini Allah subhanahu wata’ala tegaskan dalam firman-Nya (artinya):“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami melimpahkan barakah dari langit dan bumi.” (Al A’raf: 96)Siapa yang kuasa melimpahkan barakah dari langit dan bumi? Tentu, adalah Penguasa Tunggal langit dan bumi yaitu Allah Rabbul ‘alamin. Sehingga Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan pula kepada umatnya untuk mencari barakah dengan menyebut-nyebut nama Allah yang terkandung dalam bacaan basmalah.
Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengirim beberapa risalah dakwah ke negeri-negeri kafir seperti negeri Romawi. Beliau mengawali risalahnya dengan basmalah. Hal ini juga dipraktekkan oleh Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ketika beliau radhiallahu ‘anhu menulis risalah tentang zakat yang ditujukan untuk penduduk negeri Bahrain, beliau memulainya dengan basmalah (Lihat HR. Al Bukhari no. 1454).
Suatu pengajaran dan pembelajaran kepada umat manusia, bahwa barakah itu hanya milik Allah subhanahu wata’ala. Sehingga permohonan barakah itu hanya ditujukan kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Karena selain Allah subhanahu wata’ala tidak bisa memberikan barakah.
Barakah Bacaan BasmalahSahabatku, yang semoga Allah merahmati kita semua, di antara barakah dari bacaan basmalah ini adalah dapat memperdaya setan dan bala tentaranya yang mempunyai misi untuk memperdaya umat manusia dari jalan kebaikan. Kita pun tidak boleh merasa kecil hati dan takut dari gangguan mereka, selama kita berada diatas jalan Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala telah memberikan berbagai cara dan jalan untuk membentengi diri dari gangguan setan, diantaranya dengan membaca basmalah.
Suatu ketika Usamah bin Umair dibonceng Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia berkata, “Celakalah setan.” Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menegurnya, “Janganlah kamu mengatakan “celakalah setan”, karena jika kamu katakan seperti itu, justru setan akan semakin membesar (dalam riwayat lain sebesar rumah). Setan akan berkata, “Dengan kekuatanku, aku akan melumpuhkannya.” Namun, bila kamu mengucapkan basmalah, pasti setan akan semakin kecil hingga seperti lalat.” (HR. Ahmad 9/59, An Nasaa’i dalam Al Kubra 6/146, dan Abu Dawud no. 4330. Dishahihkan Asy Syaikh Al Albani)
Dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang membaca,
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan bisa memudharatkan bersama nama-Nya segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” pada setiap hari di waktu shubuh dan sore sebanyak tiga kali maka tidak akan memudharatkan baginya sesuatu apa pun.” (HR. At Tirmidzi no. 3310, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)
Dari shahabat Umayyah bin Makhsyi radhiallahu ‘anhu, ia menceritakan tentang seseorang yang sedang makan dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk disekitarnya. Namun orang tadi lupa belum membaca basmalah hingga tidak tersisa kecuali sesuap saja. Ketika ia hendak memasukkan makanan tersebut kedalam mulutnya ia baru membaca,
بِسْمِ اللهِ في أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
“Dengan menyebut nama Allah di awal dan diakhirnya.”Melihat hal itu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tertawa, seraya berkata: “Setan itu senantiasa ikut makan bersamanya, hingga ketika ia membaca basmalah maka dimuntahkan apa yang ada dalam perut setan tersebut.” (HR. Abu Dawud no. 3276)
Beberapa Perkara Yang Dianjurkan Untuk Dimulai Dengan Menyebut Nama AllahPara pembaca yang mulia, berikut ini kami paparkan beberapa perkara yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk mengawalinya menyebut nama Allah subhanahu wata’ala,
1. Ketika Hendak TidurDari shahabat Hudzaifah radhiallahu ‘anhu berkata: “Kebiasaan (sunnah) Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak tidur, beliau membaca:
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا
“Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup.”(HR. Al Bukhari no. 6334, dan Muslim no. 2711 dengan redaksi yang sedikit berbeda)
2. Ketika Keluar Dari RumahDari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia membaca:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Dengan nama Allah, aku bertawakkal hanya kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah.”Maka dikatakan padanya, “Engkau telah mendapat petunjuk, engkau tercukupi dan engkau telah terjaga (terbentengi),” sehingga para setan lari darinya. Setan yang lain berkata, “Bagaimana urusanmu dengan seseorang yang telah mendapat petunjuk, tercukupi, dan terbentengi?!” (HR. Abu Dawud no. 4431)Atau dengan membaca:
بِاسْمِكَ رَبِّي إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَزِلَّ أَوْ أَضِلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
“Dengan nama-Mu Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku berlindung Kepada-Mu jangan sampai aku salah atau sesat, menganiaya atau dianiaya, membodohi atau dibodohi.” (HR. Ahmad no. 26164, riwayat dari Ummul Mukminin Ummu Salamah)
3. Ketika (akan) Masuk Kamar Mandi (WC)
Dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah bersabda,
سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمْ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ
“Penutup antara pandangan-pandangan jin dengan aurat bani Adam ketika seseorang masuk wc adalah membaca basmalah.” (At Tirmidzi no. 551, dan dishahihkan oleh As Syaikh Al Albani)
4. Ketika Hendak MakanDari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
“Bila salah seorang diantara kalian makan maka hendaknya ia mengucapkan bismillah, bila ia lupa diawalnya, maka hendaknya ia membaca bismillah fi awwalihi wa akhirihi.” (HR. At Tirmidzi no. 1781, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)
5. Ketika Hendak Berhubungan Dengan IstriDari shahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Berkata Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam: “Bila salah seorang diantara kalian menggauli istrinya, hendaknya ia berdo’a:
بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami.”Bila Allah subhanahu wata’ala memberikan karunia anak kepadanya maka setan tidak akan mampu memudharatkannya.” (HR. At Tirmidzi no. 1012)
6. Ketika Hendak MenyembelihDisyari’atkan pula dalam penyembelihan hewan dengan membaca basmalah. Bahkan hukumnya bukan sekedar mustahab (anjuran) saja tetapi wajib. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَلْيَذْبَحْ عَلَى اسْمِ اللَّهِ
“Hendaknya menyembelih dengan (menyebut) nama Allah (basmalah).” (HR. Al Bukhari no.5500)Maka sebelum menyembelih hewan hendaknya membaca:
بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
“Dengan menyebut nama Allah dan Allahlah yang Maha Besar.” (HR. Abu Dawud no. 2427)
7. Ketika Hendak Memasukkan Jenazah ke Liang KuburDisunnahkan (dianjurkan) membaca:
بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dengan menyebut nama Allah dan diatas sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Abu Dawud no. 2798)
Demikian pula perkara-perkara yang lain, termasuk amalan jihad fi sabilillah yang merupakan puncak tertinggi dalam Islam hendaknya juga diawali dengan membaca basmalah sebagaimana yang diriwayatkan Al Imam At Tirmidzi no. 1337 dari shahabat Buraidah radhiallahu ‘anhu.Akhir kata, semoga kajian yang ringkas ini dapat menambah iman dan ilmu kita serta lebih menguatkan keterkaitan diri kita kepada Allah subhanahu wata’ala Rabbul ‘alamin. Amien Ya Rabbal ‘alamin

TAFSIR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM [bagian 4]

Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin [Mufassir Makkah]

Firman AllahBismillahirrahmaanirrahiim“Artinya : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”Jar majrur (bi ismi) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang tersembunyi setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang dikerjakan. Misalnya anda membaca basmalah ketika hendak makan, maka takdir kalimatnya adalah : “Dengan menyebut nama Allah aku makan”.Kita katakan (dalam kaidah bahasa Arab) bahwa jar majrur harus memiliki kaitan dengan kata yang tersembunyi setelahnya, karena keduanya adalah ma’mul. Sedang setiap ma’mul harus memiliki ‘amil.Ada dua fungsi mengapa kita letakkan kata kerja yang tersembunyi itu di belakang.Pertama : Tabarruk (mengharap berkah) dengan mendahulukan asma Allah Azza wa Jalla.Kedua : Pembatasan maksud, karena meletakkan ‘amil dibelakang berfungsi membatasi makna. Seolah engkau berkata : “Aku tidak makan dengan menyebut nama siapapun untuk mengharap berkah dengannya dan untuk meminta pertolongan darinya selain nama Allah Azza wa Jalla”.Kata tersembunyi itu kita ambil dari kata kerja ‘amal (dalam istilah nahwu) itu pada asalnya adalah kata kerja. Ahli nahwu tentu sudah mengetahui masalah ini. Oleh karena itulah kata benda tidak bisa menjadi ‘ami’l kecuali apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu.Lalu mengapa kita katakan : “Kata kerja setelahnya disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan”, karena lebih tepat kepada yang dimaksud. Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.“Artinya : Barangsiapa yang belum menyembelih, maka jika menyembelih hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah “[1] Atau : “Hendaklah ia menyembelih atas nama Allah” [2]Kata kerja, yakni ‘menyembelih’, disebutkan secara khusus disitu.Lafzhul Jalalah (Allah).Merupakan nama bagi Allah Rabbul Alamin, selain Allah tidak boleh diberi nama denganNya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah selainnya adalah tabi’ (cabang darinya).Ar-RahmaanYakni yang memiliki kasih sayang yang maha luas. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasannya.Ar-RahiimYakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih saying tersebut. Di sini ada dua penunjukan kasih sayang, yaitu kasih sayang merupakan sifat Allah, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahmaan’ dan kasih sayang yang merupakan perbuatan Allah, yakni mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang disayangiNya, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahiim’. Jadi, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiiim adalah dua Asma’ Allah yang menunjukkan Dzat, sifat kasih sayang dan pengaruhnya, yaitu hikmah yang merupakan konsekuensi dari sifat ini.Kasih sayang yang Allah tetapkan bagi diriNya bersifat hakiki berdasarkan dalil wahyu dan akal sehat. Adapun dalil wahyu, seperti yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat Ar-Rahmah (kasih sayang) bagi Allah, dan itu banyak sekali. Adapun dalil akal sehat, seluruh nikmat yang kita terima dan musibah yang terhindar dari kita merupakan salah satu bukti curahan kasih sayang Allah kepada kita.Sebagian orang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki ini. Mereka mengartikan kasih sayang di sini dengan pemberian nikmat atau kehendak memberi nikmat atau kehendak memberi nikmat. Menurut akal mereka mustahil Allah memiliki sifat kasih sayang. Mereka berkata : “Alasannya, sifat kasih sayang menunjukkan adanya kecondongan, kelemahan, ketundukan dan kelunakan. Dan semua itu tidak layak bagi Allah”.Bantahan terhadap mereka dari dua sisi.Pertama : Kasih sayang itu tidak selalu disertai ketundukan, rasa iba dan kelemahan. Kita lihat raja-raja yang kuat, mereka memiliki kasih sayang tanpa disertai hal itu semua.Kedua : Kalaupun hal-hal tersebut merupakan konsekuensi sifat kasih sayang, maka hanya berlaku pada sifat kasih sayang yang dimiliki makhluk. Adapun sifat kasih sayang yang dimiliki Al-Khaliq Subhanahu wa Ta’ala adalah yang sesuai dengan kemahaagungan, kemahabesaran dan kekuasanNya. Sifat yang tidak akan berkonsekuensi negative dan cela sama sekali.Kemudian kita katakan kepada mereka : Sesungguhnya akal sehat telah menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang hakiki bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pemandangan yang sering kita saksikan pada makhluk hidup, berupa kasih sayang di antara mereka, jelas menunjukkan adanya kasih sayang Allah. Karena kasih sayang merupakan sifat yang sempurna. Dan Allah lebih berhak memiliki sifat yang sempurna. Kemudian sering juga kita saksikan kasih sayang Allah secara khusus, misalnya turunnya hujan, berakhirnya masa paceklik dan lain sebagainya yang menunjukkan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala.Lucunya, orang-orang yang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki dengan alasan tidak dapat diterima akal atau mustahil menurut akal, justru menetapkan sifat iradah (berkehendak) yang hakiki dengan argumentasi akal yang lebih samar daripada argumentasi akal dalam menetapkan sifat kasih sayang bagi Allah. Mereka berkata : “Keistimewaan yang diberikan kepada sebagian makhluk yang membedakannya dengan yang lain menurut akal menunjukkan sifat iradah”. Tidak syak lagi hal itu benar. Akan tetapi hal tersebut lebih samar disbanding dengan tanda-tanda adanya kasih sayang Allah. Karena hal tersebut hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang pintar. Adapun tanda-tanda kasih sayang Allah dapat diketahui oleh semua orang, tidak terkecuali orang awam. Jika anda bertanya kepada seorang awam tentang hujan yang turun tadi malam : “Berkat siapakah turunnya hujan tadi malam ?” Ia pasti menjawab : “berkat karunia Allah dan rahmatNya”MASALAHApakah basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah ataukah bukan ?Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah, harus dibaca jahr (dikeraskan bacaannya) dalam shalat dan berpendapat tidak sah shalat tanpa membaca basmalah, sebab masih termasuk dalam surat Al-Fatihah.Sebagian ulama lain berpendapat, basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah. Namun ayat yang berdiri sendiri dalam Al-Qur’an.Inilah pendapat yang benar. Pendapat ini berdasarkan nash dan rangkaian ayat dalam surat ini.Adapun dasar di dalam nash, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.“Artinya : Aku membagi shalat (yakni surat Al-Fatihah) menjadi dua bagian, separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca : “Segala puji bagi Allah”. Maka Allah menjawab : “Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Apabila ia membaca : “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Maka Allah menjawab: “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Apabila ia membaca : “Penguasa hari pembalasan”. Maka Allah menjawab : “Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku”. Apabila ia membaca : “ Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. Maka Allah menjawab : “Ini separoh untuk-Ku dan separoh untuk hamba-Ku”. Apabila ia membaca : “Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus”. Maka Allah menjawab : “Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang ia minta” [3] Ini semacam penegasan bahwa basmalah bukan termasuk dalam surat Al-Fatihah. Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyalahu ‘anhu, ia berkata : “Aku pernah shalat malam bermakmum di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu ‘anhum. Mereka semua membuka shalat dengan membaca : “Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamin” dan tidak membaca ; ‘Bismillaahirrahmaanirrahiim” di awal bacaan maupun di akhirnya. [4]Maksudnya mereka tidak mengeraskan bacaannya. Membedakan antara basmalah dengan hamdalah dalam hal dikeraskan dan tidaknya menunjukkan bahwa basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah.

[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit At-Tibyan – Solo]________Foot Note[1]. Hadits riwayat Al-Bukhari, dalam kitab Al-Idain, bab : Ucapan Imam dan makmum ketika khutbah ‘ied, no. (985). Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam kitab Al-Adhahi, bab : Waktu Udhiyah no. (1), (1960)[2]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam kitab Adz-Dzabaih wa Ash-Shaid, bab : Sabda Nabi, “Sembelihlah dengan menyebut asma Allah”. no. (5500). Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam kitab Al-Adhahi, bab : waktu Udhhiyah, no. (2). (1960)[3]. Hadits riwayat Muslim dalam kitab Shalat, bab : Kewajiban membaca Al-Fatihah di setiap raka’at no. (38) (395)[4]. Hadits riwayat Muslim dalam kitab Shalat, bab : Argumentasi orang-orang yang berpendapat bacaan basmalah tidak dikeraskan, no. (52) (399).